四十一 | Eccedentesiast

3.1K 651 133
                                    

🎵 Eunha - Don't Come to Farewell


⚠️ 90% Narasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ 90% Narasi

Pagi hari di rumah pengantin baru. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada sarapan romantis atau menghabiskan waktu bersama di ranjang. Suasana di dalam rumah terasa hambar. Suasananya bahkan terasa sepi, tidak ada penghuninya. Nyatanya ada sepasang suami istri di dalamnya.

Sang istri, Ailian, pagi ini terlihat muram. Dirinya duduk sendirian di depan rumah, mengamati ikan-ikan di kolam renang dengan tatapan kosong. Hampa. Dirinya hampa. Sementara sang suami, Cio, sedang memasukkan pakaian-pakaian miliknya dan milik istrinya ke dalam lemari. Ia memasukkan sebagian pakaiannya yang diambilnya dari apartemen semalam saat Ailian tidur. Dia punya inisiatif untuk (mencicil) memindahkan beberapa barangnya untuk ditaruh di rumah baru mereka.

Selagi Cio beres-beres di dalam kamar, Ailian malah meratapi takdirnya. Ia menikah dengan lelaki yang menanam seribu duri di dalam dirinya, sedangkan lelaki yang menyembuhkannya harus ia tinggalkan. Sedih. Ailian sedih karena hatinya memilih Bagas, tetapi takdir memilih Cio. Dia tidak bisa mengingkari takdirnya. Kemanapun dia berlari, Cio akan menjadi rumahnya. Lelaki brengsek itu menjadi tempatnya untuk pulang.

Kalau saja bisa memilih, Ailian tidak akan memilih Cio. Ia akan menjadikan Bagas sebagai pemiliknya. Sebagai dunianya dan sebagai tempat peraduannya. Sayangnya, takdir bersikeras menjodohkan Ailian dengan Cio.

Mendesah dan menghela nafas. Dua aktivitas ringan itu dilakukan Ailian secara bergantian pada waktu ini. Lelehan lahar panas nan bening, mengalir membentuk sungai dari kedua matanya. Ailian tidak bisa menerimanya. Ia tidak bisa berdamai dengan Cio dan mengikhlaskan perpisahannya dengan Bagas lewat gawai. Ailian ingin mengutarakannya. Ingin menjerit, ingin memaki dan ingin bersimpuh di hadapan siapapun. Hatinya memilih Bagas. Ia ingin Bagas, bukan Cio.

Andaikan dia dapat dikenali oleh Bagas dan dimiliki lelaki itu, pasti tidak akan berakhir seperti ini. Ia pasti bahagia dengan Bagas. Tanpa harus menjalani pahitnya di dalam lingkaran setan antara Cio-Lala-Bagas dan dirinya.

Andaikan.

Andaikan.

Dan andaikan.

Ailian hanya bisa berandai. Tidak bisa merealisasikan.

Gadis yang larut di dalam kubangan lara itu tiba-tiba terkesiap karena sepasang tangan mendekap tubuhnya. Ailian menghapus jejak air matanya dalam diam. Ia tidak membuka suaranya saat sebuah dagu bertumpu pada bahunya. Ailian dapat merasakan siapa dibelakangnya. Cio, dialah yang memeluk Ailian dari belakang.

Keduanya tidak terlibat dalam konversasi apapun. Senyap, tetapi ditemani suara gemericik air dari kolam. Mereka tenggelam di dalam atmosfir yang sama. Penuh kesedihan. Keduanya duduk dengan tatapan menuju kolam. Ailian berdiam diri layaknya patung, sementara Cio mengikuti alur yang sedang terjadi. Ia terdiam di belakang sang istri. Namun tangannya masuk ke dalam daster yang dipakai Ailian. Diusapnya perut Ailian dengan lembut. Dirinya tersenyum ketika mendapati perut Ailian mulai membuncit.

Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang