Nafas saling memburu di udara. Tangan saling bertautan. Tatapan saling beradu. Suasana panas dan sesak pun melingkupi dua insan yang baru saja selesai bercinta.
Gue dan Cio, baru saja melakukannya. Lagi. Kita melakukan hubungan terlarang kembali walau hujan lebat dan petir terdengar keras di luar sana. Cio-lah yang membawa gue ke dunianya seperti waktu itu. Namun, hari ini ia melakukannya dengan lembut dan penuh cinta.
Mau menolak pun tidak bisa. Dia membuat gue harus tunduk pada kungkungannya. Gue terlanjur dia rusak, tidak ada gunanya mencoba melawan. Gue memasrahkan diri, sekaligus membuka hati untuk Cio. Seperti apa yang dia minta tiga hari yang lalu.
Gue meringis kala Cio bergerak tak nyaman di atas gue. Ia merubah posisinya dengan menumpu pada kasur menggunakan sebelah tangannya. Sementara yang satu lagi, ia gunakan untuk mengusap pipi gue. Bersamaan dengan itu, Cio melabuhkan bibir merahnya di atas bibir gue. Ia sekadar mengecup bibir gue pelan.
"Kamu cantik," ia memuji gue dengan mata yang berbinar.
Cantik darimana? Gue sudah diacak-acak olehnya.
"Enggak, beneran. Kamu itu cantik, Ai. Kamu juga seksi."
Gue berdehem sejenak, menstabilkan suara gue yang serak karena kebanyakan mendesah tadi. "Seksi? Kamu bilang aku tepos. Kamu juga bilang gak tertarik sama tubuh aku. Tubuh kadaver lebih menarik bagi kamu."
Cio tertawa jenaka sejenak. Ia lantas menenggelamkan kepalanya di ceruk leher gue. Gue dibuat meringis lagi lantaran ia mengendusi leher gue. Dia suka bau keringat sepertinya. Gue sedang berkeringat banyak dan ia malah mengendusinya. Benar-benar aneh.
"Aku pikir begitu, dulu. Tapi setelah apa yang terjadi, aku tarik omonganku," katanya.
Iyalah dia bisa berubah secepat itu. Keperawanan gue dia yang ambil. Bukan hanya itu, gue dijadikan penghangat kasurnya setiap hari.
Gue tidak merespon ucapan Cio kemudian. Gue memilih menatap matanya yang kembali menatap gue. Di manik karamelnya, gue dapat merasakan sebuah perasaan aneh. Gue merasa gue terikat dengan Cio. Gue pun merasa pernah memiliki suatu hubungan dengannya. Rindu dan gejolak emosi lainnya, turut menyertai. Gue tidak tahu kenapa, tetapi saat menatapnya, Cio terasa seperti dunia gue.
"Cio," panggil gue. Gue ingin bertanya perasaan apa ini.
"Ya, sayang?"
"Aku gak tau ini apa, tapi aku merasakan sesuatu. Seperti perasaan...rindu?" tanya gue tidak yakin. Gue bahkan tidak tau namanya dan menjabarkannya secara verbal.
"Aku juga merasakannya. Itu ikatan batin antara kamu dan aku," jawab Cio.
"Sebenarnya kita apa? Kenapa punya ikatan batin?"
Cio mengulum bibirnya sembari mencubit pipi gue. Gue mengaduh sakit karena cubitannya menambah nyeri di pipi gue, yang terdapat bekas gigitannya tadi. Ia melepaskannya lalu menciuminya bertubi-tubi sampai gue merasa geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅
FanfictionHubungan kita memang rumit, bahkan sejak kita pertama kali bertemu. Hubungan kita tidak semulus jalan tol. Parahnya, hubungan kita terlalu kusut layaknya benang kusut. Seratus tahun kumenunggu, rasanya sia-sia. Semibaku Alternative universe 17+