三十五 | Match in The Rain

3.5K 704 361
                                    



Mas|yang, maaf sy g bisa antar kamu cek up|sy ada diskusi sama pak teguh |kamu bisa berangkat sendiri kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas
|yang, maaf sy g bisa antar kamu cek up
|sy ada diskusi sama pak teguh
|kamu bisa berangkat sendiri kan?

[Received at 14:45]

Gue menatap nanar pesan yang kak Bagas kirimkan tanpa membalasnya. Sedih gue rasakan karena lelaki itu tidak bisa menemani jadwal cek kandungan gue hari ini. Yah, kak Bagas sibuk sekali dengan proyek penelitiannya akhir-akhir ini. Proyek wajib yang harus dijalaninya sebagai seorang dosen.

Gue menghela nafas perlahan kemudian memasukkan buku binder dan pena ke dalam tas kuliah. Gue terpaksa periksa kandungan sendiri tanpa ditemani kak Bagas. Tidak masalah sendirian, toh, cincin pemberian Cio tersemat di jari manis gue. Yang menurut pemahaman masyarakat umum, itu sebuah simbolik dari ikatan pernikahan. Gue tidak perlu malu untuk ke sana.

Kaki gue yang terbalut celana kulota tiga perempat, melangkah dari undakan kelas dan meninggalkan ruangan yang masih ingar karena sebagian penghuninya belum keluar, padahal bu Hesti telah selesai mengajar. Gue berjalan keluar kelas sendirian sembari memesan ojek online. Gue bisa menggunakan jasa online untuk tiba di klinik tempat Cio memeriksakan kandungan gue dulunya, sepuluh menit lebih awal.

Gue sengaja cek kandungan di sana karena biayanya lebih murah. Cio pun sudah mendaftarkan gue di sana dari awal kehamilan sampai melahirkan nanti. Di klinik itu gue mendapat dokter wanita yang ramah dan memberikan masukan-masukan terkait kehamilan ini. Gue pikir, gue sudah nyaman dengan pembawaan si dokter. Jadi gue putuskan untuk tetap menjadi pasien di sana.

"Bunda!"

Di saat gue sedang mengetik balasan untuk sang driver yang bertanya titik temu, gue mendengar suara Arthur. Suaranya tidak jauh dari tempat gue berdiri sekarang. Gue langsung mengalihkan fokus untuk mencari sumber suara.

Benar saja, di depan gue ada Arthur dalam bentuk hantu. Anak lelaki itu muncul di depan gue dengan bentuk anak kecil yang matanya hitam sempurna. Gue mundur dua langkah saking terkejutnya melihat Arthur. Tidak sampai di situ, Arthur berlari ke arah gue. Dia menabrakkan dirinya ke badan gue, memeluk gue dengan tangan pendeknya.

Astaga.

"Bunda! Bunda lama banget yang mau keluar dari sana! Arthur kan jadi bosen!" gerutunya sambil menengadahkan wajahnya. Tatapan kita bertemu seketika.

Anak itu menyebikkan bibirnya. Lucu, tapi menyeramkan juga. Bibir pucatnya itu menyebik lalu melengkung seperti kurva persamaan. Bukannya takut, gue malah tersenyum. Aura kelucuan Arthur membuat gue melawan perintah otak.

"Kamu ngapain nunggu?" gue melontarkan pertanyaan. Aneh saja mendapati Arthur ada di kawasan kampus.

"Diajak ayah, Bunda! Hari ini katanya Bunda mau pulang! Jadi kita jemput Bunda!"

Hah?

Maksudnya?

"Ailian!"

Belum terjawab pertanyaan gue, seseorang memanggil nama gue. Dia yang terbalut jaket denim, kaos putih dan celana jeans hitam, muncul juga di hadapan gue sekarang. Ia yang terlihat kurus, tidak makan dan tidak terawat, adalah ayah biologis dari Ao atau Arthur. Cio datang saat ini.

Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang