二十六 | Restu

3.6K 803 291
                                    

Terimakasih buat semangat dari kalian 💕
Ini aku jadi giat belajarnya hehe
Spoiler nih, konflik 1 selesai.



Mungkin pulang ke rumah adalah salah satu hal yang dapat membuat gue merasa sedang uji nyali. Pasalnya, sikap mamak dan abah sedikit kaku saat gue membawa kak Bagas pulang untuk pertama kalinya. Entah karena mereka masih asing dengan kak Bagas, atau memang mereka sudah mencium bau-bau busuk gue. Maksudnya kehamilan gue. Hal ini membuat gue harus bersikap senormal mungkin, sebiasa mungkin, se-Ailian mungkin. Gue harus terus hati-hati saat berhadapan dengan mamak dan abah. Dan sialnya, selama bersikap, gue selalu ingin muntah. Bukan bawaan dari anaknya Cio, melainkan jantung gue yang bekerja telalu keras dan cepat sampai rasanya ingin meledak. Gue bahkan sampai tidak bisa tidur karena memikirkan persidangan gue di depan mamak dan abah hari ini.

Iya hari ini. Kata kak Bagas, dia akan meminta gue ke orang tua setelah sarapan pagi selesai. Kak Bagas sudah mewanti-wanti gue untuk tidak berbicara selagi ia bicara agar semua berjalan dengan lancar.


Semoga saja berhasil.


Saat ini, gue sedang berada di dapur, mencuci piring bekas sarapan. Gue di dapur ditemani oleh mamak yang sedang membuat teh. Sementara kak Bagas mengobrol di ruang tamu dengan abah. Di ruangan yang sederhana ini, gue mendadak gugup luar biasa. Pasalnya mamak gue tidak mengajak gue bicara seperti biasanya. Mamak diam saja seraya menatap teko aluminium di atas kompor gas.

Gue lalu mematikan kran air dan membilas piring-piring yang tenggelam di dalam air bersih. Yah, di rumah gue tidak ada wastafel seperti di kontrakan kak Bagas atau apartemen Cio. Gue kalau cuci piring masih pakai pembilasan di bak yang diisi air begitu. Rak piring pun pakai lencak bambu yang diberi pembatas di sisi kanan dan kiri. Dulu ada rak piring dari aluminium, tapi rumah gue sempat kemalingan. Karena keluarga gue tidak punya apa-apa, rak aluminium itu yang dicuri sama piring-piring nya. Entah digunakan untuk apa piring-piring yang terbuat dari seng itu.

Usai membilas, gue membawa piring-piring itu ke lencak tadi. Gue susun piringnya dengan posisi tengkurap agar piringnya cepat kering. Demikian pula dengan gelas dan alat makan yang lain. Begitu selesai, gue menghampiri mamak yang sedang menuangkan air panas ke dalam teko plastik.

"Nanti biar Ai yang bawa ya, Mak," gue berucap lebih dulu. Agak takut, sih. Soalnya mamak kalau diam, bikin takut. Mungkin karena mamak keturunan orang Batak yang membuatnya punya aura menakutkan.

"Tak usah, biar mamak saja. Oh, ya, kau sudah berapa lama itu dekat sama Bagas?" tanya mamak seraya menaruh teko aluminium di atas kompor. Beliau balik lagi ke meja untuk mengaduk teh di dalam teko plastik.

"Eum...udah lama, sih. Baru semester tiga kemarin," gue beralibi. Nyatanya kedekatan gue dan kak Bagas baru tiga minggu yang lalu.

"Dia katanya mau minta kau segera ke abah. Kau siap nikah muda? Tak besanan dulu begitu?" tanya mamak. Gue auto menelan ludah.

Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang