五十 | Mendekat dan Menjauh #2

3K 698 226
                                    

Kindly check out previous part ya ges. Takutnya ada yang ketinggalan. Soalnya aku fast update hehehehehe

Betewe yang belum ikutan giveaway, yuk ikutan! Jangan lupa hastag dan jangan diprivate yaaa akunnya biar nanti aku bisa rekap :)

Aku giveaway cuma buat syukuran aja. Ga ada maksud biar namaku semakin melejit di kalangan wattpad :(

 Ga ada maksud biar namaku semakin melejit di kalangan wattpad :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10 parts left

Johannes menggigit bibirnya resah karena Neve tidak kunjung keluar dari kamar Issabel. Kakak keduanya itu katanya ingin menjemput anaknya dan mempertemukannya saat ini. Namun, hampir satu jam menunggu, Neve tidak juga keluar dari kamar baru istrinya. Johannes tentu saja gelisah. Ia takut Issabel melarang siapapun untuk memperlihatkan anaknya padanya. Ia takut seumpama hanya dirinya yang tidak boleh melihat Arthur.

Andaikan Johannes tidak berbuat dosa sebesar itu pada istrinya, mungkin tidak akan seperti ini.

Johannes muda itupun mondar-mandir di depan kamar Issabel seraya menggigiti jarinya. Ia kepalang resah hingga jantungnya berdetak sangat kencang. Sesekali Johannes berhenti lalu berdiri tepat di depan pintu kamar Issabel. Tangannya sudah memegang gagang pintu berlapis emas itu, tetapi langsung dilepasnya sepersekian detik berikutnya. Johannes diserang dilema dan keresahan tanpa batas.

"Ayolah, kak...lama sekali," gumam Johannes menatap sendu daun pintu di hadapannya. Ia lantas berbalik lagi, mengarahkan dirinya ke depan lukisan bergaya renaisans Italia, yakni santa Maria dan Yesus ditangannya.

Lelaki bergelar pangeran tertampan di kerajaan Genova itu mengetukkan sepatunya yang terbuat dari kulit terbaik. Perasaannya tambah bercampur aduk saat sang kakak tidak kunjung datang. Ia sampai menghela napasnya berat berkali-kali, seolah penuh beban hidup.

Ceklek

Suara pintu terbuka secara tiba-tiba, membuat Johannes langsung membalikkan badannya. Ia bernapas lega ketika menemukan Neve keluar bersama bayi Arthur di tangannya. Johannes langsung mendekati kakaknya. Tatapannya seketika tertuju pada Arthur kecil yang menatap dirinya dengan mata hijau seperti milik ibunya.

"Jangan menangis," Neve bersuara pelan ketika melihat adik bungsunya menutup matanya. Mulut adiknya bergetar. Tidak berselang lama, Neve melihat ada air mata yang bercucuran di wajah Johannes.

Neve sembari menggendong Arthur, ia menarik Johannes pergi dari hadapan kamar Issabel. Ia membawa adiknya hingga ke taman istana. Johannes pasrah saja tatkala dirinya dibawa ke tempat lain oleh kakaknya. Ia tidak bisa protes karena sedang dilingkupi perasaan haru akibat melihat wajah anaknya untuk pertama kalinya.

Johannes mengikuti kakaknya duduk di sebuah bangku panjang di depan kolam renang. Ia mendudukkan dirinya di sebelah Neve yang sedang memperbaiki letak kepala Arthur. Dadanya seketika menghangat saat mendapati Arthur menatap dirinya. Ia lantas meraih tangan anaknya yang dibalut sarung tangan. Dirabanya tangan mungil anaknya dari balik kain lembut itu. Seutas senyum perlahan terbit begitu Arthur merespon impuls yang diberikan oleh Johannes. Anaknya menggenggam ibu jari milik ayahnya.

Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang