二十四 | Bentuk Cinta

4.5K 815 571
                                    

Didedikasikan untuk Laileeliu

Ini bacanya pelan-pelan aja ya biar paham maksudnya aku. Ini juga ceritanya lumayan panjang.

So, the shit's about to go down :)

Kamar kak Bagas sedikit panas karena kegiatan kami di siang menjelang sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar kak Bagas sedikit panas karena kegiatan kami di siang menjelang sore. Maksudnya kegiatan gue, menciumi lehernya dan dadanya, serta membuat ruam-ruam merah yang seharusnya tidak gue lakukan. Kak Bagas tidak menolak dan tidak menghentikan gue yang bertingkah sebagai wanita murahan. Lelaki itu diam dan membiarkan gue puas membuat mahakarya di tubuhnya. Ia bahkan memberikan akses lebih kepada gue dengan melepas kemejanya.

Gue baru tahu kalau hamil itu bisa jadi nafsuan. Kayak gue sekarang ini. Gue nafsu melihat dada kak Bagas yang bidang dan perutnya yang kotak-kotak seperti roti sobek. Hormon gue melejit naik melihatnya. Gue saking nafsunya sampai tidak sadar membuat ruam-ruam merah dari leher, dada sampai di lengannya.

Gue sebenarnya salut dengan kak Bagas. Pacar ganteng gue itu tidak gampang terbawa nafsu seperti Cio. Kak Bagas sudah berkali-kali gue cium, yang biasanya itu akan merangsangnya. Namun, dia tampak biasa saja. Cuma ia terkadang melenguh saat gue beraksi. Beda halnya dengan Cio. Gue cium bibirnya atau lehernya sekali, dia sudah bereaksi. Dia akan menyeret gue ke ranjang, dan akhirnya kami bermain sampai tidak kenal waktu.

Sedikit aneh. Tapi tidak masalah.

Puas menggigiti epidermis dadanya sampai terbentuk ruam merah, gue menghentikan aksi gue sejenak. Gue memandang ke wajah kak Bagas. Tatapannya sayu, sementara bibirnya terlihat merah segar. Begitu gue mengalihkan pandangan ke arah leher dan dadanya, gue terkejut. Leher dan dadanya penuh dengan tanda dari gue. Hal ini terlihat kak Bagas sebagai korban pemerkosaan, sedangkan gue pelakunya. Gue tersenyum kecut sembari menyentuh pelan ruam merah itu.

Gue seliar itu ternyata.

"Sudah puas?" gue tiba-tiba disadarkan oleh kak Bagas. Lelaki itu bertanya dengan suara seraknya.

"Mau cium bibir kakak, ya?"

Gue cengengesan sebentar kemudian menindihnya lagi. Kali ini yang gue sambar bukan leher dan dadanya. Gue menyambar bibir kak Bagas yang tebal dan berwarna merah itu. Gue tidak lagi mengidam bau badannya yang menenangkan itu, melainkan bibirnya.

Bibir kak Bagas gue lumat dan hisap seperti permen. Bibirnya yang lembut dan manis itu menjadi candu gue. Gue terus mencium bibirnya dan sedikit memaksa menerobos ke dalam rongga mulutnya. Gue terus menyerangnya sampai kak Bagas akhirnya memberikan akses lebih.

Pagutan yang awalnya gue ciptakan sendiri, akhirnya mendapatkan balasan darinya. Kak Bagas membalas ciuman gue dengan lebih. Ciumannya bahkan lebih lihai daripada gue. Keadaan selanjutnya, Kak Bagas membalikkan posisi kita berdua. Ia yang menindih gue dan balik menyerang gue. Suara-suara laknat itu tidak dapat terelakkan lagi. Baik suara lenguhan maupun suara kecupan, mengalun di ruangan ini. Beberapa saat kita berciuman dengan sebegitu panasnya, kak Bagas menarik bibirnya terlebih dulu. Gue langsung merengut tidak suka ketika ia malah mencium pipi gue sebagai penutup.

Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang