Johannes muda sedang berjalan di koridor istana kerajaan untuk menemui pamannya yang tiba-tiba bertandang, di bilik khusus untuk raja bertemu seorang tamu. Ia diperintahkan untuk pergi ke sana oleh seorang prajurit kerajaan saat ia sedang merekap keuangan kerajaan di ruangannya. Kata prajurit tersebut, Yang Mulia Aldric (paman dari ibunya) dengan putrinya, Nathalie telah tiba.
Ia melangkahkan tungkainya dengan cepat agar sampai di sana tepat waktu. Namun, saat dirinya sedang berjalan di koridor ia mendengar suara Neve tidak jauh dari sana. Bukan memanggilnya, melainkan sedang meributkan sesuatu. Benar saja, ketika ia menoleh, ia menemukan Neve sedang menghentikan Issabel yang mencoba sebuah panah. Neve tampak memarahi Issabel, sementara Issabel kukuh mencoba permainan yang tidak seharusnya ia coba.
Issabel sedang hamil, dan kondisinya masih lemah akibat berenang di air dingin dua hari yang lalu. Tapi Johannes tahu, kalau Issabel sedang mengidam. Dimana keinginannya tidak boleh ditentang. Sama sekali tidak boleh.
"Neese!" Neve memanggilnya tiba-tiba ketika Johannes mencoba tidak peduli dan melanjutkan langkahnya kembali.
"Neese, kemarilah!"
Johannes mendengus pelan, tetapi ia memutar kakinya. Ia tidak jadi ke ruang pertemuan, melainkan menghampiri kedua wanita yang berdiri di atas rumput tebal di hadapannya. Neve kelihatan emosi, sementara Issabel melengkungkan bibirnya ke bawah. Johannes menghela nafasnya ketika menyadari kakaknya dan istrinya habis berdebat.
"Kenapa?" tanya Johannes pelan. Ia sedang memandang sang istri yang tampak ingin menangis. Tidak berselang lama, Issabel memeluknya lalu menangis di dadanya.
Untuk pertama kalinya, seorang Issabel yang mempunyai tembok kuat, yang memisahkan dirinya dengan Issabel mendadak hancur. Johannes mencoba memaklumi sikap Issabel yang membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
"Neve, tidak seharusnya kamu memarahinya. Dia sedang hamil," ucap Johannes sembari mengusap surai milik istrinya. Issabel sendiri masih menangis tersedu-sedu di dadanya.
"Aku hanya mengkhawatirkan dirinya. Aku tau kondisinya yang sedang sakit, makanya aku melarangnya bermain panahan," balas Neve. Johannes mengangguk paham. Kakaknya tidak salah.
"Dia sedang mengidam,"
"Aku tau. Dulu ibu saat hamil dirimu juga begitu," komentar Neve.
"Baiklah. Aku harus menenangkannya, sekarang kakak pergi ke ruang pertemuan saja. Ayah dan ibu sedang menunggu."
Neve mengangguk. Ia menatap ke arah Issabel sebentar kemudian melangkah menjauhi adik dan istrinya. Sesaat setelah kepergian Neve, kakak kedua dari Johannes, sang pangeran masih betah memeluk Issabel. Begitu juga sebaliknya. Meski ia merasakan emosi milik Issabel, tetapi ia senang luar biasa. Ia bisa memeluk istrinya yang setiap hari terasa jauh.
Ia tidak berbohong saat mengatakan kalau Issabel menjauhinya. Sepulang mereka dari sungai Bisagno yang airnya jernih sekali, Issabel berubah tidak mempedulikannya. Ia pikir lantaran ia menyuruh Issabel berhenti mencintai Luke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅
Fiksi PenggemarHubungan kita memang rumit, bahkan sejak kita pertama kali bertemu. Hubungan kita tidak semulus jalan tol. Parahnya, hubungan kita terlalu kusut layaknya benang kusut. Seratus tahun kumenunggu, rasanya sia-sia. Semibaku Alternative universe 17+