四十六 | Cita-Cita yang Kandas

3.1K 668 235
                                    

Kindly check out previous part. Aku double update 😃


Jangan lupa tisu, takut pilek :v

🎵 Ben - Can You Hear My Voice
🎵 I.O.I - Downpour

Cio perlahan-lahan mulai tersadar dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cio perlahan-lahan mulai tersadar dari tidurnya. Lelaki berhidung bangir itu perlahan membuka kedua netranta. Sorot lampu yang mengenai matanya, membuatnya refleks mengerjap berkali-kali. Berusaha menyesuaikan diri dengan sinar yang datang walau penglihatannya agak buram.

Pertama kali yang ia lihat adalah langit-langit ruangan ini. Tatapannya lalu bergulir ke arah kanan. Ia mendapati selang infus di tangannya. Cio lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu. Tiga detik kemudian baru ia sadari kalau dirinya terbaring di bangsal rumah sakit. Helaan nafas lolos darinya begitu dirinya ingat apa yang telah terjadi padanya.

Cio terhenyak karena mendengar suara monitor vital signs di dalam ruangannya. Ia paham betul monitor itu. Biasanya monitor yang menampilkan garis naik turun bak sandi rumput itu terdapat di ruang recovery, ICU, dan NICU. Tidak mungkin jika dirinya berada di ruang recovery karena itu ruangan khusus untuk penstabilan pasien setelah operasi. Akan sangat memungkinkan jika dirinya di ruang ICU, suatu ruangan khusus untuk pasien dengan perawatan dan pemantauan secara intensif. Cio menduga dia ada di ruangan itu setelah dibenturkan papanya ke lantai hingga tidak sadarkan diri.

Omong-omong, kalau dia di rumah sakit, lalu Ailian di mana? Istrinya di mana? Istrinya baik-baik saja kan?

Cio mulai panik tidak menemukan istrinya di ruangan ini. Ia takut kalau istrinya diperlakukan tidak baik oleh kedua orang tuanya. Istrinya sedang hamil, dan akan memiliki resiko keguguran jika itu terjadi.

Baru saja Cio akan memencet tombol di samping bangsal yang berfungsi memanggil perawat atau dokter, pintu ruangannya terbuka. Sosok Figo dengan balutan snelli, muncul dari balik pintu. Figo kali ini datang membawa kotak bekal di tangannya. Senyum Figo terulas sempurna di bibirnya ketika melihat Cio sudah sadar. Lelaki berbibir tebal itu bergerak mendekati bangsal temannya.

"Rasanya gimana? Pusing?" tanya Figo, memeriksa kondisi temannya yang baru sadarkan diri setelah tidur tiga hari.

Cio menggeleng lemah sebagai jawaban.

"Lo bisa melihat tangan gue?" Figo menunjukkan dua jarinya yang membentuk huruf V. Cio mengangguk sekenanya.

"Agak buram..." jawab Cio lemah. Suaranya agak serak karena tenggorokan benar-benar kering.

Figo menganggukkan kepalanya. "Bagian occipitalis lo kena. Lo kena benturan di bagian itu sehingga mengganggu penglihatan lo. Itu sementara, nanti pulih sendiri. Untungnya gak permanen."

Entah Cio harus bersyukur atau bersedih mendengarnya.

Ia kemarin sadar kalau saat papanya marah akibat tindakan semena-menanya membatalkan pernikahannya, kepala bagian belakangnya yang sering dibenturkan oleh papanya ke lantai. Cio tidak bisa melawan karena penglihatannya memburam seiring dengan benturan yang ia terima. Ia hanya pasrah ketika papanya mengumpatinya dan memukulinya tanpa ampun. Cio paham, selain otak bagian occipitalis yang kena, cerebellum atau otak kecilnya juga kena hingga menyebabkan keseimbangannya payah.

Mizpah ✖ Kim Seungmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang