•Part 3 || Obrolan Pertama

33.3K 2.2K 4
                                    


Waktu sudah menunjukan angka 08.30 malam. Dimana, acara makan malam sudah selesai sejak 30 menit yang lalu. Semua anggota kedua keluarga kembali berkumpul di ruang tengah.

Namun satu persatu, mereka mulai kembali pada kesibukanya masing-masing. Mulai dari Anya yang menemani kedua anaknya bermain di ruanga TV. Lalu Faris dan Rezky yang asik berdua membicarakan tentang bisnis. Setelah itu Hana dan Vira yang malah asik bergosip ria di dapur.

Tinggalah Alvin dan Fara yang berada diruang tengah. Sebenarnya bukan hanya mereka, ada Alin juga. Tapi dia sudah tenggelam di alam mimpinya.

Alvin sendiri, sibuk dengan HP yang sedang ia pegang. Entah apa yang sedang pria itu lakukan? Karena seakan tidak peduli pada orang yang ada disampingnya. Sedangkan Fara, dia hanya diam seribu bahasa. Kali ini Fara kembali merutuki ingatanya, karena bisa-bisanya ia lupa membawa benda terpenting. Apalagi kalau bukan HP, yang tertinggal di meja kerjanya. Seandanya ada HP mungkin dirinya tidak akan sejenuh ini.

Merasa jenuh, Fara bangkit dari tempat duduknya. Diam sejenak, lalu matanya memperhatikan sekeliling area pelataran rumah. Untuk mencari tempat pelarian, agar tidak ada dalam situasi canggung seperti ini.

Langkahnya membawa Fara ke halaman samping rumah. Di luar dugaan, ternyata rumah ini begitu luas, Fara berdecak kagum dibuatnya. Di tempat ini, ada kolam berenang pribadi yang tidak terlalu besar, serta ada juga taman kecil yang ditumbuhi berbagai tanaman hias.

Mata Fara tertuju pada deretan bunga mawar koleksi Hana yang terjejer rapi di rak khusus tanaman. Selain itu, ada juga beberapa tanaman bunga hias lainya. Cantik berwarna-warni, dengan aroma yang mewangi.

"Berikan alasan pasti kenapa menerima perjodohan ini? "

Fara terkejut, dengan suara bariton seorang pria yang datang secara tiba-tiba dibelakangnya. Secara refleks, tubuhnya pun berbalik ke arah suara.

Alvin, ternyata pria itu yangmengagetkannya.
"Kenapa datang tiba-tiba sih? Kaget kan."

"Cukup satu alasan, kenapa?"
Bukanya menjawab, Alvin malah kembali bertanya.

Fara menautkan alis, seraya memandang ke arah Alvin. "Kenapa apanya?"

Alvin mendengus kesal, kenapa sekarang malah wanita itu yang bertanya?
"Asal kamu tau, perjodohan ini bukan kemauan saya."

Diam sejenak, kini Fara mulai paham kemana arah pembicaraan mereka. "Memangnya ini kemauan aku? Sama, aku juga gak mau, tapi harus mau."

"Gak usah berbelit! Cukup kasih saya satu alasan!"

"Kamu sendiri kenapa mau nerima? Padahal kita ketemu aja baru sekarang, apalagi saling mengenal." Fara sengaja mengembalikan pertanyaan Alvin. Ia juga ingin tau, alasan pria itu menerima pernikahan ini.

Semakin lama, Alvin kesal juga dengan tingkah Fara. Yang suka mengembalikan pertanyaannya, tanpa menjawab pertanyaan yang diajukannya terlebih dahulu.

"Tadi saya udah bilang, ini bukan kemauan saya."

"Iya aku tau. Tapi alasannya apa? Mau nerima aku gitu aja?"

"Bukan kamu! Lebih tepatnya perjodohan ini." Terlanjur kesal, Alvin sengaja menekankan setiap kata-katanya.

"Tapikan dijodohinya sama aku. Berarti sama aja kan?" Fara memberikan pembelaan

"Terserahlah." Desisnya.

Kemudian, Alvin duduk melemas di sebuah bangku kayu panjang. Berusaha menahan emosi, karena menghadapi sikap Fara. Ini hari pertama, dirinya bertemu dengan wanita yang menjadi calon istrinya itu. Namun sikapnya, sudah membuat ia sedikit naik darah. Lalu bagaimana kalau nanti sudah menikah?

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang