. . . . . . . . . .
Enam tahun yang lalu ...
"Aku pergi."
Bak petir di siang bolong, dua kata yang terucap dari seorang wanita itu telah memporak-porandakkan hati pria bernama Alvin. Namun seolah tidak percaya Alvin mencoba menyangkalnya.
"Kemana lagi? Kita baru aja ketemu?"
"Jauh." Jawabnya singkat. Namun ada makna yang tersirat.
"Setelah satu bulan menghilang tanpa kabar, kamu mau pergi lagi?" Alvin menatap tidak percaya wanita dihadapannya. Sebulan lalu, wanitanya itu pergi tanpa kabar dan alasan. Sehingga sukses membuatnya kelimpungan. Dan hari ini secara tiba-tiba wanitanya datang kembali. Membuat hatinya berbunga seketika.
"Kamu tau, sesulit apa aku menahan rindu?" Kini tangannya menggenggam erat wanita itu. Matanya semakin menatap dalam, memberi keyakinan bahwa dirinya tidak berbohong.
"Aku tau itu, dan Maaf."
"Aku gak butuh Maaf kamu." Alvin menyela cepat, dirinya berusaha untuk tidak terbawa emosi, karena ia tau wanitanya ini lemah. "Yang aku butuhkan itu kamu. Tetap disamping aku, kita sama-sama lagi."
"Tapi aku gak bisa Vin. Aku harus pergi."
"Aku bakal izinin kamu pergi, dengan janji kamu bakal kembali. Aku akan selalu nunggu kamu."
Cukup sudah sebulan ini dirinya menderita tanpa wanitanya. Dan Alvin tidak ingin terulang untuk kedua kalinya."Dengan atau tanpa izin dari kamu, aku tetap pergi. Maaf." Desisnya dengan suara bergetar, ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Alvin. "Jangan tunggu aku, aku gak bisa janji untuk kembali." Akhirnya, keputusan sulit yang sudah ia rangkai sedemikian rupa, tersampaikan juga pada pria yang dicintainya.
"Maksud kamu, kamu mau pergi selamanya dari aku? Kamu tau kan, seberapa besar cinta aku sama kamu? Dan betapa takutnya aku kehilangan kamu?" Alvin tergagap, rasa tidak percaya akan pengakuan sang kekasih menciptakan luka yang menganga, sakit. Tanpa angin tanpa hujan, separuh nafasnya akan pergi begitu saja.
"Bagaimana dengan hubungan kita? Mimpi-mimpi kita?" Pertanyaan yan beruntun, seakan menjelaskan bahwa dirinya tidak siap untuk kehilangan.
"Semuanya sudah berakhir."
"Enggak ada yang berakhir."
"Aku udah mengakhirinya"
"Sejak kapan?"
"Sebulan yang lalu."
"Waktu itu hubungan kita baik-baik aja, bahkan malamnya, kamu masih bilang akan tetap mencintai aku. Lalu sekarang?" Alvin tidak menyangka, ternyata malam itu malam terakhir kebersamaan mereka sebagai sepasang kekasih.
"Tapi itu udah keputusan aku. Maaf"
"Tanpa mikirin gimana perasaan aku?"
"Maaf."
"Ok, aku terima keputusan kamu." Alvin menghela nafas berat, sulit baginya untuk mengakhiri hubungan yang sudah lama ia jalin. "Asal kasih tau alasan kamu pergi." Lanjutnya, jelas dirinya butuh alasan pasti. Tidak mudah baginya untuk melepaskan begitu saja cinta pertamanya.
"Sekali lagi maaf, karena gak semua hal bisa aku kasih tau sama kamu. Termasuk alasan aku pergi."
"Kenapa?"
"Aku gak mau kamu merasakan sakit lebih dalam lagi."
"Tapi kamu terlanjur buat aku sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You [END]
RomanceB e l u m R e v i s i [ Marriage Life ] Kisah pernikahan yang berlandaskan perjodohan, antara Alvin dan Fara. Fara, wanita cantik yang sukses diusia muda sebagai seorang penulis terpaksa harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Alvin, arsite...