Satu bulan sudah usia pernikahan Alvin dan Fara. Semuanya berlalu begitu saja tanpa ada perubahan. Semuanya masih sama, tidak ada yang berbeda. Padahal usia satu bulan terbilang sudah bukan pengantin baru lagi. Tapi Keduanya masih sama-sama memilih untuk saling menghindar. Tidak ada yang berani untuk memulai lebih awal pembicaraan mengenai hubungan.
Layaknya dua orang asing yang hidup di bawah satu atap. Begitulah kenyataan yang ada antara Alvin dan Fara. Bicara hanya sekedarnya, bahkan bisa disebut keajaiban bila mereka sehari bisa bertemu lebih dari satu kali. Karena adakalanya mereka dalam sehari sama sekali tidak bertahap muka.
Berbeda dari yang lain, begitulah Alvin dan Fara. Saat semua orang butuh waktu tidak lama untuk menyesuaikan diri. Lain halnya dengan mereka yang membutuhkan waktu lama. Sebenarnya bukan masalah waktu, tapi memang mereka saja yang dengan mengulur waktu.
..........
Jam menunjukan angka empat pagi. Saat semua orang masih asik berjalan-jalan di alam mimpinya, berbeda dengan Fara. Dirinya harus merelakan acara jalan-jalan di mimpinya itu dan lebih memilih bergelut dengan peralatan dapur dan bahan masakan lainnya.
Bukan tanpa sebab Fara melakukannya, sudah hampir satu bulan Fara melakukan hal tersebut. Bangun lebih awal lalu menyiapkan sarapan dan bekal untuk sang suami. Yap ! Betul, semuanya Fara lakukan demi Alvin.
"Seharusnya kamu tidak membuat diri kamu sendiri repot. Apalagi sampai membahayakan"
Fara terhenyak dari kantuknya saat mendengar suara Alvin."stttt"
Fara berdesis karena ternyata pisau yang di pakai untuk memotong wortel mengenai tangannya. Lukanya kecil tapi Fara hiraukan dan langsung melihat ke arah Alvin yang sedang memperhatikannya."Aku sama sekali gak kerepotan."
"Oh ya. Kamu bilang gak repot ? Tapi gak mungkin tangan kamu sampai terluka."
"Ini cuman luka kecil, dan tadi aku kurang hati-hati."
"Cuman kata kamu? Saya gak tau ada seberapa luka lain sebelumnya."
Fara sedikit terkejut karena suara Alvin yang mulai meninggi.
Setelah itu Alvin mengambil kotak kecil berisi obat-obatan, dan langsung menyerahkannya pada Fara. Seakan paham maksud Alvin, Fara segera memberikan obat merah dan plaster pada lukanya."Mulai besok gak usah lakuin ini semua."
"Ini udah jadi tugas aku."
"Percuma kalau terpaksa."
"Aku gak terpaksa. Dan aku ikhlas ngelakuinnya."
"Tapi kamu ceroboh."
Alvin kembali menaikan suaranya, membuat Fara terdiam diam."Apa untungnya kamu masak sepagi ini?"
"Kalau aku gak masak terus Aa sarapan apa?"
"Gak usah mikirin saya. Saya bisa makan di kantor."
"Kata Bunda, omongan Aa buat sarapan diluar jangan dipercaya."
"Kenapa?"
"Karena Aa gak lakuin itu. Bahaya kalau sampai asam lambung Aa naik."
Alvin berdecih, kenapa Bundanya memberitahukan hal sekecil itu pada Fara.
"Lebih bahaya lagi kalau kamu masak sambil tidur."
"Salah Aa juga."
Akhirnya Fara berani mengangkat kepalanya dan membalas tatapan tajam Alvin. Fara tidak terima sejak tadi seakan semuanya salah dirinya."Kenapa saya?"
"Kenapa berangkat kerjanya subuh banget sih ? Bisa kan lebih siangan dikit?"
Akhirnya Fara berani juga mempertanyakan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You [END]
RomanceB e l u m R e v i s i [ Marriage Life ] Kisah pernikahan yang berlandaskan perjodohan, antara Alvin dan Fara. Fara, wanita cantik yang sukses diusia muda sebagai seorang penulis terpaksa harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Alvin, arsite...