Sudah menjadi rutinitas bagi Fara sebelum memulai aktivasnya diluar, dirinya akan di sibuk kan terlebih dahulu dengan segudang pekerjaan rumah. Mulai dari mencuci pakaian, mengepel lantai, menyapu halaman, dan yang terakhir menyiapkan sarapan untuk Alvin. Semuanya dilakukan sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga, terkecuali di hari libur Alvin mau membantunya, walau sekedar membersihkan halaman rumah.
Bagi Fara itu tidak masalah, toh sudah keputusannya juga sejak awal untuk mengurus segala keperluan rumah sendiri, bahkan dirinya menolak saat Alvin akan mencarikan asisten rumah tangga untuk membantunya. Karena Fara rasa, dirumah ini hanya mereka berdua yang tinggal, dan juga ukuran rumah yang tidak terlalu besar, membuatnya masih mampu untuk mengatasi sendiri. Selain itu, tugasnya sebagai istri lah yang menjadi alasan utama, karena bagaimanapun dirinya ingin berusaha menjadi istri yang baik, biarpun harus cerdas dalam mengatur waktu dengan pekerjaannya.
Seperti pagi ini, sebisa mungkin Fara mempersingkat waktu. Dengan melakukan pekerjaan rumah secara bersamaan. Selagi menunggu masakannya matang, Fara menyempatkan untuk menjemur pakaian di halaman belakang. Bisa dikatakan, sekali mendayung dua tiga pulau terlampui.
"Dicariin juga." Fara terkejut, dengan suara Alvin yang tiba-tiba mengintrupsinya, saat ia memasuki area dapur.
"Ngagetin aja." Fara melengos, sembari menenangkan jantungnya. "Kenapa nyariin?" Jelas Fara curiga, biasanya suaminya ini akan berteriak dari lantai dua jika membutuhkan bantuannya.
Alvin mengintil Fara dari belakang, "Bunda nyariin." Jawabnya, membuat Fara terkejut seketika "Bunda disini?"
"Barusan telepon."
Fara melanjutkan kegiatannya, sebelum akhirnya menghampiri Alvin di meja makan. "Kenapa nyariin?"
"Ditelpon gak di angkat."
"Hp ketinggalan dikamar. Kenapa?"
"Disuruh kerumah."
"Kapan?"
"Kalau bisa sekarang."
"Loh. Ngapain?" Alvin mengedikkan bahu sebagai jawaban, yang membuat Fara kesal bukan main.
Setelah menyelesaikan sarapan, seperti biasa Fara akan mengantar Avin sampai teras rumah.
"Gak usah bawa mobil."
"Kenapa? Aku ada acara di daerah Tebet, terus langsung ke rumah Bunda, bisa jadi pulang kemaleman."
"Aku jemput."
"Ngerepotin gak nih?" Fara memastikan, karena tidak biasanya, Alvin memberi tawaran.
"Itu yang Bunda mau."
"Oh ok."
"Aku berangkat. Assalamualaikum." Secara refleks tangan kanannya terangkat dan langsung disambut oleh Fara dengan mengecup singkat punggung tangannya.
"Waalaikumsalam. Hati-hati A."
..........
"Maaf ya, saking kangennya Bunda jadi nyuruh kamu kesini." Bukan tanpa alasan Hana meminta Fara kerumahnya. Karena sudah dua bulan ini mereka tidak bertemu, bukan hanya karena kesibukkan anak menantunya saja, tapi dirinya juga yang sibuk pulang pergi keluar kota untuk memantau cabang bisnisnya. Bisnis kecil di bidang kuliner yang dulu ia rintis bersama mendiang suaminya, dan kini bertambah besar. Bahkan memiliki cabang di beberapa kota besar. Hana lah yang mengurus semuanya setelah kepergian suaminya.
"Gak apa-apa Bun. Fara juga kangen sama Bunda. Maaf juga, baru bisa nengok Bunda sekarang." Rasa rindu yang kentara membuat Fara enggan melepaskan pelukannya dari sang mertua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You [END]
RomanceB e l u m R e v i s i [ Marriage Life ] Kisah pernikahan yang berlandaskan perjodohan, antara Alvin dan Fara. Fara, wanita cantik yang sukses diusia muda sebagai seorang penulis terpaksa harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Alvin, arsite...