Fara terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ketukan pintu dari luar. Saat tersadar sepenuhnya, ternyata dirinya tertidur di atas sajadah dengan masih menggunakan mukena. Bisa-bisanya Fara ketiduran padahal kan tadi dirinya sedang berdzikir sambil menunggu waktu isya tiba.
Fara terkesiap saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, setelah itu munculah Alvin."Boleh saya masuk?"
"Iya A, silahkan."
Setelah mendapat izin, Alvin langsung masuk kedalam kamar Fara dan duduk di pinggiran kasur.
Tanpa membuka mukenanya Fara pun menyusul duduk di kursi rias tepat di depan Alvin."Ada apa perlu apa A? Ya ampun maaf aku lupa. Aa pasti belum makan malam. Biar aku siapin dulu. Aku ketiduran jadi gak tau kalau Aa udah pulang."
"Gak usah Ra. Saya udah bilang jangan buat diri kamu repot karena saya."
"Sama sekali enggak kok."
"Lagipula bukan itu tujuan saya kesini. Ada hal penting yang ingin bicarakan."
"Apa itu A?"
"Sebelumnya saya ingin tanya. Sejauh ini bagaimana perasaan kamu hidup bareng saya?"
"Maksudnya A?"
"Kamu pasti paham."
Fara terdiam sejenak otaknya sedang mencerna maksud dari pertanyaan Alvin barusan.
"Semuanya udah terlanjur dan tinggal dijalani. Sejak awal aku udah menerima dan udah siap menjalani apa yang harus dijalani."
"Apa kamu merasa terbebani dengan semua ini?"
"Bagaimana dengan Aa sendiri?"
"Kenapa kamu malah nanya balik?"
Ada raut ketidak sukaan saat Fara malah balik bertanya pada Alvin."Dari awal Aa yang paling menentang pernikahan ini?"
"Kamu juga menentang."
"Tapi Aa yang paling lebih menentang."
"Saya kesini bukan mau berdebat sama kamu Fara." Alvin berusaha menahan emosinya.
"Tapi aku juga mau tau apa jawaban Aa."
"Gak penting."
"Ya tapi kan..."
Ucapannya terhenti saat Alvin kembali menyela."Haruskah kita berdebat ? Padahal saya tidak berfikir kesana."
"Baiklah. Lalu apa ?"
"Cukup jawab pertanyaan saya Fara."
"Yang mana?"
"Tidak ada pengulangan."
Alvin berdecak kesal. Kenapa sulit sekali rasanya bicara dengan istrinya ini. Harus berapa kali Alvin mengulang pertanyaannya.
Di sisi lain dalam hati Fara tertawa puas melihat ekspresi kekesalan Alvin saat ini. Sedikit mengerjainya tidak masalah bukan."Salah jika seseorang menganggap tanggung jawab sebagai beban. Ketika berani mengambil satu keputusan maka harus berani pula bertanggung jawab untuk keputusan yang telah di ambil. Jangan dijadikan beban karena itu udah jadi resiko yang harus dijalankan."
Fara kembali bersuara saat seperkian detik mereka diam."Bohong kalau kamu menjalaninya dengan mudah."
"Gak ada yang bilang mudah untuk peran seorang istri. Akan banyak hal dan rintangan baru setiap harinya. Tinggal dijalani dan nikmati."
" Kenapa seakan kamu berlapang dada menerima ini semuanya?"
"Karena memang begitu kenyataannya. Percuma mau menentang pun akhirnya kita tetap bersama juga. Anggap saja semuanya sudah menjadi jalan takdir kita masing-masing."
Dengan penuh ketenangan Fara menjawab pertanyaan Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You [END]
RomanceB e l u m R e v i s i [ Marriage Life ] Kisah pernikahan yang berlandaskan perjodohan, antara Alvin dan Fara. Fara, wanita cantik yang sukses diusia muda sebagai seorang penulis terpaksa harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Alvin, arsite...