•Part 36 || Penjelasan

25.7K 1.9K 49
                                    


Alvin memijat pelipis kepalanya dengan gusar. Kejadian pagi ini membuat konsentrasinya pecah dan fokusnya buyar seketika. Raga dan pikirannya tidak berada dalam satu tempat kali ini. Kondisi Fara yang nampak kecewa saat terakhir ia tinggalkan, membuatnya tidak tenang dan terus kepikiran. Lalu bagaimana kondisinya saat ini? mengingat seharian ini istrinya itu sulit untuk dihubungi.

Inilah alasan sebenarnya, mengapa Alvin enggan untuk mempertemukan Dira dan Fara. Kedua wanita yang sama-sama memiliki peran penting dalam hidupnya. Tidak ingin menciptakan kekecewaan di antara mereka, ia memilih untuk menyembunyikannya sebisa mungkin.

Dan ketakutannya, kini terjadi sudah. Dira, meskipun sudah tidak memiliki hubungan lagi. Tapi Alvin dapat melihat jelas raut kekecewaan diwajahnya. Mungkin wanita itu kecewa, karena ia tidak jujur soal hubungannya dengan Fara. Karena bagaimanapun, semenjak mereka sepakat untuk menjalin pertemanan, Dira selalu jujur padanya.

Dan Fara. Jelas sudah tidak usah disebutkan lagi, walaupun dia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi Alvin tau betul, dia begitu kecewa terhadapnya, dan dapat terlihat jelas dari sorot mata istrinya. Hidup bersama cukup lama, membuatnya sedikit demi sedikit mulai memahami sikap dan kepribadian Fara.

Alvin mendesah lelah, untuk kesekian kalinya ia membuat salah. Berkali-berkali membohongi Fara, dan membuatnya kecewa. Dari awal mereka menikah ia sadar, Fara tidak pernah merasa bahagia karenanya. Berbeda dengan Fara yang selalu membuatnya bahagia, walau dengan hal sederhana. Salah satunya, kejutan yang diberikan untuknya semalam.
Romantis juga manis, mengingat hal itu membuat Alvin tersipu. Apalagi kalau mengingat bagian,, ah sudahlah.

'Brraakkkkk'

Lamunan Alvin terenggut saat mendengar suara pintu yang dibuka secara paksa. Dan yah, ia sudah biasa menebak siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan putra sulung pemilik tempatnya bekerja. Karena hanya Bima lah yang berani melakukannya.

"Kejutan." Seru Bima dengan membawa sebuah cake berukuran kecil berhiaskan lilin kecil pula.

Alvin menatap Bima jengah, ia juga berucap syukur karena Bima tidak membawa sekutunya.
"Gak lucu."

Bima berdecak kesal. "Gue lagi ngasih kejutan, bukannya ngelawak." Tungkasnya. "Harusnya lo seneng dong, secara gue kan selalu ngasih lo kejutan spesial."

Alvin berdecih, tidak ada niatan untuk menimpali Bima. Ia cukup muak dengan segala hal atas nama kejutan. Untuk hari ini, dalam sejarah hidupnya ia menerima dua kejutan berbeda secara bersamaan. Dan hal itu lah yang kini tengah menganggu pikirannya.

Dengan begitu, Alvin merasa sedikit trauma dengan kejutan. Ini hari ulang tahunya, dan ia tidak tau akan ada kejutan-kejutan apalagi yang menantinya dihari ini. Namun harapannya, semoga saja tidak ada. Kejutan yang diberikan Fara dan Dira sudah cukup untuk kali ini.

Walaupun, bukan hidup namanya kalau tidak dipenuhi dengan kejutan. Karena sebagai manusia, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di detik atau setiap waktu selanjutnya dalam kehidupan. Karena Tuhan sudah merencanakan.

Hanya saja untuk hari ini Alvin cukup sekian, ia ingin menyelesaikan permasalahannya terlebih dahulu sebelum ia menerima kejutan yang lain.

"What's wrong man?" Bima memekik kesal karena melihat Alvin yang malah melamun.

"The day, your birthday! Harusnya lo bahagia dong! Bukannya nekuk muka kayak gak dapet jatah malam gitu dong."

Paham apa yang di maksud Bima, Alvin mendelik tajam pada sahabatnya itu. Sebuah vas bunga kecil ia lemparkan dan berhasil mendarat sempurna di kepala Bima. Dan sukses membuat Putra Arya Wardana itu meringis.

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang