•Part 18|| Kencan Dadakan ?

26.7K 2.1K 10
                                    


"Saat menjalani semua dengan hati, apapun yang dijalani pasti akan berjalan sesuai dengan apa yang diingini."

Begitulah kutipan motivasi yang selalu Fara sampaikan dalam setiap acara dan tidak pernah terlewatkan untuk disampaikan. Dirinya tidak sembarang memberi motivasi, kalau bukan dirinya sendiri yang merasakan.

Bagaikan pondasi dalam membangun karir, begitulah Fara memaknainya. Selama ini dirinya tidak pernah setengah-setengah dalam menjalankan apa yang menurut hatinya benar. Dan terbukti, disamping kerja keras dan usahanya, kesuksesan yang kini ia raih karena selalu mengikuti apa kata hatinya. Menjalankan sepenuh hati, tanpa pemaksaan.

Belum lagi dukungan dari keluarganya, terutama Faris sang Ayah. Sebagai orang tua dirinya tidak pernah menuntut anak-anaknya untuk menjadi seperti apa yang dia mau. Faris memberi kebebasan untuk Lisa dan Fara memilih jalannya masing-masing. Tugasnya hanya mengawasi dan mengarahkan agar tidak salah melangkah.

Dan 'mengikuti kata hati' adalah nasihat yang selalu Fara ingat dari banyak nasihat  lainya, yang disampaikan Faris. Dan sampai detik ini nasihat itu masih ia jalankan dalam kesehariannya. Termasuk pernikahannya mungkin?
Sejak awal, entah dorongan dari mana ? Hatinya meyakini bahwa memang ini adalah pilihan yang tepat. Tanpa tau siapa orang yang kelak menjadi pelabuhan hatinya. Maka dari itu disamping alasan untuk menuruti kedua orang tuanya, dirinya juga mengikuti apa kata hatinya. Mengingat ini bukanlah keputusan yang sepele. Bisa saja waktu itu ia egois dan kabur di hari pernikahannya. Tapi tidak, isi hatinya mengatakan untuk tetap diam dan mengikuti prosesnya.

Terbukti, sejauh ini Fara tetap bertahan di samping Alvin, melakukan tugasnya sebaik mungkin sebagai seorang istri. Dalam pernikahan yang dilandasi tanpa adanya perasaan.

Ehh,

Bohong, jika sejauh ini Fara tidak memiliki perasaan apapun terhadap Alvin. Jelas hidup empat bulan bersama, bertemu setiap hari, apalagi memiliki ikatan sah, jadi tidak ada larangan untuk Fara menyimpan rasa pada Alvin.
Walaupun ada fakta pahit yang harus diterima. Bahwa Alvin tidak memiliki perasaan apapun padanya. Tercetak jelas dari sikapnya yang selalu ia tunjukan. Itu berarti perasaannya tidak terbalaskan? Bertepuk sebelah tangan, mungkin?

Tidak ada yang tau isi hati seseorang. Karena ada Sang Pencipta yang maha membolak-balikan hati. Biarpun hari ini rasa itu tidak ada tapi ada hari esok, lusa, dan seterusnya rasa itu pasti ada.

.........

"Saya undur diri, Sekian dari saya, semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh."
Fara mengakhiri sesi pemberian materi dalam sebuah acara seminar di salah satu Universitas Swasta.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab serentak semua peserta.

'Prokk..Prokk..Prokk'

Suara gemuruh tepuk tangan peserta menggema di dalam aula, setelah Fara menyelesaikan pekerjaannya. Apalagi Fara selalu memberikan kata-kata motivasi sebagai penutup materi, yang menjadi daya tarik tersendiri.

Fara menghembuskan napasnya lega, akhirnya kegiatan untuk hari ini selesai juga. Dan tentu saja melelahkan, karena acara diselenggarkan sejak pagi tadi dan berakhir di sore hari. Sebelumnya Fara juga harus melayani beberapa peserta seminar yang ingin berfoto bersama atau sekedar meminta tanda tangannya. Karena jumlah peserta lumayan banyak, maka Fara baru benar-benar selesai saat waktu magrib tiba.

"Mbak Fara."
Fara menghentikan langkahnya saat akan menyebrang, lalu menengok ke arah suara.

"Iya Saya."
Terlihat seorang lelaki berkacamata menghampirinya dengan napas terengah-engah.

"Senang bertemu Anda."
Lelaki tersebut menampilkan senyum manisnya dengan gigi bergingsul.

"Saya Ibrar."

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang