|| S E L E S A I ||

79.1K 2.5K 126
                                    

"Jadi, dia memang benar-benar ada Ra?"
Tanya Alvin untuk kesekian kalinya. Sampai saat ini, dirinya masih sulit untuk percaya. Bahwa tidak lama lagi dirinya akan menjadi seorang ayah.

"Iya A. Dia ada, disini." Sahut Fara. Tangan Alvin ia arahkan ke bagian perutnya yang masih rata. Fara tahu, Alvin masih merasa terkejut sama seperti dirinya. Ia masih tidak menyangka, sekarang ada satu kehidupan didalam rahimnya.

Binar bahagia, begitu tampak di wajah Alvin. Sesekali matanya pun melirik kertas yang ia pegang, dengan jelas disana tertulis bahwa Fara positif hamil. Semuanya nyata, dan Alvin harus percaya. Rasa syukur, tidak ada hentinya Alvin panjatkan. Dirinya benar-benar bahagia.

"Assalamualaikum, sayang." Alvin mengelus halus perut Fara, ini adalah sapaan pertama untuk sang anak yang masih baru keberadaannya.

"Ini papah nak. Sehat-sehat di perut mamah yah! Kita ketemu beberapa bulan lagi."

Fara tersentuh, air matanya tidak bisa lagi untuk ia bendung. Hatinya terus berdoa, semoga Allah memberinya kesehatan dan kemampuan untuk menjaga calon anak mereka sampai waktunya tiba lahir ke dunia.

"Fara..."
Perhatian Alvin teralih pada sang istri sekarang.
"Terima kasih sayang."

Fara menaikan sebelah alisnya.
"Untuk?"

"Untuk kebahagian ini."

"Jangan berterima kasih sama aku A. Semua ini terjadi, karena Allah sudah berkehendak. Dia percaya sama kita untuk menitipkan anugerah terindahnya. Semuanya hasil usaha dan doa kita selama ini A."

"Hmm, tapi tanpa kamu aku gak akan bisa merasakan ini semua."

"Lebih tepatnya karena kita berdua." Timpal Fara membenarkan.

Sejenak Alvin menatap dalam mata istrinya. Sebelum ia meraup Fara kembali dalam pelukannya.

"Aku janji sama kamu, akan berusaha membahagiakan kamu, menjaga kamu,dan selalu ada di samping kamu." Ucap Alvin dengan penuh keyakinan. Dirinya juga berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadikan Fara yang

Fara tersenyum senang. Ia yakin, kehadiran si kecil nanti akan semakin mempererat hubungan mereka.
"Terima kasih A."

"Kita jaga dia sama-sama yah."

"Iya A."

"Dan untuk ke depannya juga, apapun yang terjadi. Aku harus jadi orang pertama yang kamu kasih tau."

"Jadi kamu masih mau bahas soal kemarin?"
Fara mendengus sebal, ia kira permasalahan kemarin sudah benar-benar selesai. Namun ternyata tidak, karena Alvin masih saja menyinggungnya.

"Inget ya, aku masih belum terima. Apalagi kamu pergi kerumah sakitnya bareng si dosen itu. Otomatis dia jadi orang pertama juga yang tau kabar kehamilan kamu kan." Cerca Alvin dengan segala praduganya. Kekesalannya masih belum hilang soal kemarin.

Astagfirullah. Ternyata sesulit ini yah, menghadapi suami yang cemburu.

"Enggak A. Meskipun dia yang anter aku, tapi dia gak denger pembicaraan aku sama dokter. Jadi dia gak tau apa-apa, selain tau aku lagi sakit aja. Kamu orang pertama yang aku kasih tau A." Bantah Fara dari dugaan suaminya.

"Tetap aja salah Ra. Karena kamu perginya sama dia." Balas Alvin yang masih enggan mengalah.

Fara merenggut kesal. Lama-lama ia emosi, karena Alvin yang tidak kunjung mengerti. "Terserah. Capek aku ngomong sama kamu. Percuma gak ngerti-ngerti juga."
Ucapnya seraya berdiri dari kursi dan siap bergegas pergi.

"Dih, kok jadi marah?" Tanya Alvin sambil menahan tangan istrinya.

"Abisnya kamu nyebelin A..."

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang