•Part 43|| Pernyataan

27.8K 1.9K 58
                                    


"Gue harus gimana Bima?" Tanya Alvin dengan nada frustasi, baru saja ia menceritakan perihal masalah rumah tangganya kepada Bima. Tentangnya dan Fara mengenai hubungan mereka akhir-akhir ini, juga tentangnya dengan Dira.

Bima menarik napas dalam, menatap jengah juga prihatin kondisi Alvin. Sebagai orang yang begitu mengenalnya, tentu Bima juga ikut merasakan keruwetan permasalahan rumah tangga yang di alami sahabatnya.

"Harus berapa kali gue ngomong sih? Keputusan lo buat nerima Dira kembali itu bukanlah hal yang bener Vin." Kembali Bima mengingatkan Alvin tentang keputusannya.

"Tapi apa salahnya? Dia emang salah, tapi kan udah minta maaf. Dira juga udah ngasih tau alasan sebenarnya sama gue Bim."
Alvin mengelak memberi pembelaan. Karena baginya, apa yang sudah ia putuskan itu adalah yang terbaik. Karena rasa sakitnya tidak akan berujung, jika Alvin tidak mengikhlaskan kejadian dulu dan memaafkan Dira.

Bima berdecak kesal, Alvin selalu saja beralasan. "Yang salahnya itu cuma satu, yaitu lo!"

"Kok gue?" Tanya Alvin dengan keheranan.

"Karena lo yang belum bisa ngilangin perasaan sama Dira. Sebagian hati lo masih ada buat dia. Maka dari itu, dengan mudahnya lo nerima dia kembali setelah penderitaan yang dia beri buat lo Vin."

Alvin mematung, dirinya juga masih bingung dengan perasaannya sendiri. Tidak menyangkal memang, jika perasaan itu masih ada. Mengingat betapa ia mencintai Dira dulu, sebelum berganti kecewa.
"Padahal gue sendiri juga gak tau, apa perasaan gue buat Dira sekarang?"

"Kalau lo masih bingung sama perasaan lo, terus ngapain lo berhubungan sama Dira dan seakan gak terjadi apa-apa diantara kalian?"

"Karena gue pikir, gak ada salahnya buat maafin Dira Bim. Kita juga sepakat untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu."

"Itu tandanya, lo mau balikan sama Dira?" Tanya Bima dengan suara meninggi, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Alvin.

"Dira udah punya keluarga." Alvin segera membantah. Ia tidak lupa soal Dira yang sudah memiliki anak dan suami, terlepas dengan permasalah rumah tangga yang tengah menimpa Dira.

"Apa masalahnya? Berkeluarga atau belum, perasaan kalian tetap sama kan?"

Skakmat. Alvin tergeming, dirinya baru menyadari satu hal bahwa Dira pun masih memiliki rasa yang sama dengannya. Walaupun tidak bisa memastikan betul, tapi banyak cara yang Dira lakukan untuk mengungkapkannya. Dan Alvin baru sadari itu sekarang.

"Gimana sama Fara?" Kembali Bima bertanya, kali ini ia ingin mengitkan Alvin pada wanita yang sudah menjadi istrinya.

Lagi, Alvin merutuki ingatannya kembali. Bagaimana ia bisa melupakan Fara? Wanita yang sejauh ini sudah mengusai hampir semua hati dan pikirannya. Bagaimana dengan perasaan wanita itu terhadapnya? Apakah Fara mencintainya? Atau...

"Selama ini, apa respon Fara saat tau lo jalan sama Dira?"

Sejenak Alvin berpikir, mengingat-ngingat respon Fara selama ini saat mendapatinya pergi bersama Dira.
"Dia gak terlalu mempermasalahkan."

Bima menatap Alvin tidak percaya. "Yakin lo?"

"Fara gak pernah banyak bicara soal gue sama Dira. Memangnya apa yang harus di permasalahkan? Dia juga tau kalau kita cuma teman."

"Dan Fara juga tau, kalau Dira mantan lo Alvin."

"Terus?"

"Oh halo..." Seru Bima gemas. "Coba lo pikirin pake otak cerdas lo itu! Istri mana yang nerima suaminya jalan sama mantan?"

Alvin membungkam, dirinya tidak pernah berpikir ke arah sana. Mengingat sikap Fara yang seakan biasa saja sejauh ini.

"Ingat bro! Mungkin Fara terlihat baik-baik aja didepan lo. Tapi siapa yang tau kalau ternyata hatinya tengah menjerit sakit. Bagaimanapun lo suaminya Vin, dan gak ada satu istri pun yang merelakan suaminya jalan sama wanita lain. Walaupun sebatas teman, tapi pasti ada sedikit hatinya yang terluka. Apalagi, hubungan lo sama Dira, gue sih gak bisa ngebayangin."
Ucap Bima, dengan harapan bisa membuat Alvin sadar akan kesalahannya. Sebagai sahabat, tentu Bima ingin yang terbaik untuk Alvin.

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang