•Part 29|| Berdamai Dengan Masa Lalu

24.4K 1.7K 19
                                    

"Ayo Ra, ke sebelah sini!" Fara terhenyak, karena tiba-tiba tangannya ditarik Maya menuju sebuah toko.

"Pelan-pelan bisa gak sih May."

"Keburu abis nanti Ra." Jawab Maya santai, tanpa mempedulikan Fara yang kesusahan menyamakan langkah mereka. "Ayo cepet!" seru Maya.

Tidak ada pilihan, Fara mengikuti langkah sahabatnya itu. Tidak habis pikir juga, melihat Maya yang begitu bersemangat, menyelusuri setiap toko tanpa kata lelah. Padahal belum lama wanita itu, baru saja melahirkan. Terhitung sudah hampir empat jam mereka mengelilingi satu Mall, dan mendatangi semua toko yang menjual aneka perlengkapan bayi.

"Baju ini cocok ga buat anak gue?" Maya menunjukan sesetel pakaian bayi terhadap Fara.

Sejenak Fara menelisik. "Tadi kan udah beli di toko sebelah May. Masa mau beli lagi?"

"Beda warna Fara, gambarnya juga lebih lucu. Pasti Haidar suka." Pekik Maya.

Fara menghembuskan nafas pasrah. "Terserah lo deh May. Heran gue, Haidar baru aja empat puluh hari, masa udah di pakein baju gituan. Dia tuh masih bedongan May, mana ngerti?"

"Kan buat nanti Fara, Haidar pasti tambah gede. Nanti juga di pake." Maya mengeluarkan pembelaan.

"Ya udah deh, sebahagia lo aja." Akhirnya Fara menyerah, lagipula kenapa dirinya harus bermasalah?

Untuk kesekian kalinya, Fara menggelengkan kepala. Sejak tadi matanya tidak berpaling memperhatikan Maya. Ibu satu anak itu tengah asik berjalan kesana kemari mengelilingi rak demi rak perlengkapan bayi untuk dipilih lalu dibeli. Entah seberapa banyak lagi yang akan Maya beli? Mengingat sudah banyaknya totebag belanjaan yang kini sudah menumpuk mengelilingi Fara.

"Serasa lepas dari penjara tau gak? Bahagia banget si gue." Ucap Maya antusias, disela-sela kunyahannya. Ya, setelah menghabiskan tenaga untuk berbelanja, mereka memutuskan untuk makan bersama. Mengingat, waktu juga sudah masuk jam makan siang.

"Emang lo pernah ngerasain rasanya di penjara?"

"Paham kata perumpamaan gak?" Maya menatap jengah sahabatnya, mana bisa Fara tidak paham?

Fara terkekeh. "Gak elit banget perumpamaan lo May."

"Terserah gue ya Ra."

Fara tersenyum simpul, enggan untuk menanggapi. Wajar saja Maya bersikap seperti itu, setelah melahirkan ini pertama kalinya ia keluar rumah.

"Tapi yakin Haidar gak apa-apa? Lo udah lama loh ninggalin dia." Fara teringat dengan anak Maya, malang nasib bayi kecil itu, karena ditinggalkan ibunya yang gila belanja.

"Mas Hafiz bilang, Haidar anteng kok. Stok ASI nya juga masih banyak. Ditambah, ada nenek-neneknya yang jagain." Ucap Maya dengan santai nya. "Mas Hafiz juga bilang, enjoy your time beb."

"Mas Hafiz kesambet apa coba? Istrinya disuruh belanja, bukannya suruh jagain anak."

"Kesambet kecantikan gue." Jawab Maya sambil terbahak.

Fara menatap geli Maya. "Butuh di ruqyah kayaknya dia?"

"Sebelum lo ngeruqyah suami gue, ruqyah dulu tuh suami lo!"

Fara mengernyitkan dahi, memandang Maya. "Kenapa suami gue?"

"Lo tau kan, gue gak terlalu buta sama masalah rumah tangga kalian?" Jika tadi Maya bercanda, maka kali ia berbicara serius.

Fara tertegun, ia kira Maya akan mengejeknya kembali tapi nyatanya tidak. Sahabatnya itu, salah satu orang yang bersimpati padanya. Bahkan hanya pada Maya, Fara berani bercerita tentang masalah rumah tangganya. Tak jarang juga, Maya selalu memberinya semangat dan motivasi.

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang