•Part 37 || Adik Tersayang

25.2K 1.7K 8
                                    


Suasana pagi dikediaman Alvin dan Fara kali ini terasa berbeda, kehebohan dengan lengkingan suara gadis muda, kini tengah menghiasi seisi rumah.

"Libur telah tiba, libur telah tiba. Hore! Hore! Hore! Hatiku gembira...."

Alvin dan Fara kompak menutup telinga mereka, saat suara lengkingan itu kian meninggi. Bahkan Fara menatap nanar kondisi rumah yang bagai kapal pecah, padahal belum lama ia membereskannya.

"Hahhh,,, cape Alin tuh." Keluh gadis manis bernama Alin dengan napas terengah-engah.

"Gak ada yang nyuruh kamu jingkrak-jingkrak Lin."
Alvin merenggut kesal. Kedatangan adik bungsungnya di pagi buta, dengan alasan ingin liburan membuat suasana hati Alvin menurun. Bukannya ia tidak senang, hanya saja Alvin hapal bagaimana sikap sang adik tercintanya itu. Bukan Alin namanya, kalau tidak membuat kehebohan dimana-mana.

"Lagian ngapain sih kesini? Biasanya juga kan di rumah Kak Anya."

"Bosen A. Alin butuh suasana baru." Jawab Alin dengan masih berjingkrak-jingkrak ria di atas sofa.

"Bunda kan lagi gak ada, kenapa gak jagain rumah?" Kepergian sang Bunda Ke Semarang, menjadi salah satu alasan Alin ada dirumahnya saat ini. Selain adiknya itu tengah liburan sekolah.

"Ada Bi Wina."

"Kerumah temen kamu?"

"Malu lah A, nginep terus."

Alvin berdecak kesal, adiknya ini selalu saja mencari alasan. "Salah sendiri, kayak gak punya rumah aja!"

"Kok ngeselin ya." Alin mendelik tajam pada Alvin. "Alin datengnya baik-baik loh, jadi harus diterima baik-baik juga dong!"

"Sikap gak baik kamu yang gak diterima."

"Aa ..." Matanya memanas, tanda ia akan menangis. "Kalau gak boleh bilang aja! Alin bisa kok nyari hotel, atau enggak tidur di jalanan sekalian." Ujar Alin dengan mendramatisir.

"Terserah, mau di kolong jembatan juga."

"Awas aja, kalau sampai terjadi apa-apa sama Alin. Aa jadi orang pertama yang gak di anggap anak sama Bunda." Alin memberikan ancaman terampuhnya, senjata kuat untuk menaklukan sang kakak.

Alvin panik seketika, karena ancaman Alin tidak pernah main-main. Karena bisa dipastikan jika Alin kenapa-kenapa, maka sang Bunda akan mengomelinya tidak cukup sehari.
"Ok, ok. Baperan banget sih tuan putrinya Aa. Tadi kan Aa bercanda sayang. Jadi sekarang terserah deh, Alin mau nginep berapa hari pun disini selama liburan atau pokoknya terserah Alin. Anggep aja rumah sendiri."
Niat awal memang bercanda, tapi ada benarnya juga.

Wajah Alin yang tadinya menekuk, kini kembali sumringah. "Hore!"

"Alin udah sarapan?" Tanya Fara, setelah sebelumnya ia hanya menjadi penonton drama antara adik dan kakak itu.

"Belum Kak. Tau aja sih kalau cacing-cacing diperut Alin udah demo." Jawabnya dengan cengengesan.

"Ya udah sarapan dulu sana!"

"Ok." Pekik Alin, seraya bergegas menuju meja makan.

"Fara tunggu." Langkah Fara terhenti, saat tiba-tiba Alvin mencengkram tangannya.

"Kenapa?"

Alvin memperdekat jarak mereka. "Alin nginep disini." Bisiknya.

"Ya terus?"

"Dia gak mungkin mau tidur bareng sama aku, atau kamu."

"Terus?" Tanya Fara yang masih belum paham.

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang