Ada yang aneh, ketika Fara baru saja memasuki rumah. Keadaan gelap gulita langsung menyambutnya, saat ia baru membuka pintu. Apakah mati lampu? Sepertinya tidak, karena lampu area teras terang benderang. Atau mungkin Alvin yang lupa menghidupkannya? Melihat mobil suaminya itu sudah terpakir rapi di garasi, bertanda bahwa ia sudah pulang.
"Baru pulang eh?"
Fara berjingit kaget, saat tiba-tiba suara Alvin mengintrupsinya bersamaan dengan dihidupkannya lampu. Ternyata ini ulah suaminya, melihat posisi Alvin yang berdiri di dekat saklar.
"Astagfirullah haladzim. Ngagetin aja." Fara menatap nyalang Alvin, seraya menenangkan jantungnya yang beruntung tidak meloncat.
"Gak liat jam yah?"
"Maaf, aku pulang kemaleman." Fara merasa bersalah, dirinya sudah kelewatan hari ini. Karena baru pulang, saat jam sudah menunjukan angka sembilan malam.
"Sekalian aja gak usah pulang." Sarkas Alvin seraya berjalan menuju sofa, diikuti Fara. "Kemana aja?"
Fara merunduk, dirinya tau Alvin tengah marah. Dan takut jika harus menatap matanya.
"Dari pagi sampai siang nemenin Maya belanja, terus mampir dulu kerumahnya. Saking asiknya main sama Haidar, aku sampai lupa waktu. Maaf." Fara berkata jujur, tingkah lucu si kecil Haidar membuatnya asik bermain tanpa mengingat waktu."Bukan masalah maaf. Tapi ini soal tanggung jawab Fara." Suara Alvin meninggi. "Kamu ini seorang istri. Hanya karena keasikan main diluar sana, kamu sampai lupa tanggung jawab kamu hah?" Kali ini Alvin sudah tidak bisa menahan emosinya, menurutnya kali ini Fara kelewatan. Ditambah, bayang-bayang Fara tertawa dengan pria itu membuat amarahnya semakin memburu.
"Mana bukti tanggung jawab yang selalu kamu katakan sejak awal pernikahan? Jangan cuma omong kosong doang!"
Setetes air mata jatuh mengalir di wajah Fara. Dirinya semakin merunduk, memperkuat remasan ditangannya untuk mencurahkan rasa takutnya. Jauh dari dugaan, Alvin akan semarah ini. Bahkan ini untuk pertama kalinya setelah mereka menikah, Alvin marah besar padanya.
"Sejak awal, aku ngasih kamu kebebasan dengan syarat kamu gak ngelewatin batasan Fara! Bukannya seenak jidat kamu malah berbuat semaunya." Alvin mengusap wajahnya kasar, sebenarnya ia tidak tega melihat Fara yang ketakutan dan menangis dihadapannya.
Di sisi lain, hati Fara rasanya teriris mendengar ucapan Alvin. Fara sadar diri disini memang salahnya, tapi haruskah Alvin mengungkit tentang masalah tanggung jawab dan batasan? Mengingat selama ini dirinya selalu menjalankan yang menjadi tugasnya sebagai istri dengan baik. Seharian ini pun, ia tidak lupa untuk mengabari suaminya. Bahkan Fara melakukan food delivery untuk makan malam suaminya saat berjauhan. Semata-mata ia tidak ingin Alvin kelaparan, dan memenuhi tanggung jawabnya.
Lalu, kenapa Alvin masih meragukannya?
"Aku harap, ini terakhir kali kamu melakukannya." Suara Alvin mulai tenang. "Ingat posisi Fara! Jangan sampai buat aku gagal jadi suami kamu."
Secara tersirat Alvin mengungkapkan, bahwa dirinya tidak rela, jika sampai Fara berpaling darinya."Terlepas alasan apa kita menikah, yang orang tau kita sepasang suami istri bahagia. Apalagi di mata keluarga kita Fara. Jangan sampai mereka tau hubungan kita sebenarnya. Tolong jaga batasan kamu, apa kata mereka kalau..."
Alvin menggantung ucapannya, dirinya tidak mungkin jujur akan ketakutannya jika suatu hari Fara berpaling."Kalau apa?"
Alvin segera menggeleng. "Intinya, mulai besok dan seterusnya. Aku harap kamu bisa membatasi kegiatan kamu diluar sana melainkan pekerjaan. Dan pulang kerumah, tepat sebelum aku sampai." Alvin memberikan ultimatum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You [END]
RomanceB e l u m R e v i s i [ Marriage Life ] Kisah pernikahan yang berlandaskan perjodohan, antara Alvin dan Fara. Fara, wanita cantik yang sukses diusia muda sebagai seorang penulis terpaksa harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Alvin, arsite...