•Part 44|| Terabaikan

30.5K 1.9K 81
                                    


Entah nyata, atau sebatas mimpi? Yang jelas, dunia Alvin serasa terhenti saat ini. Percaya atau tidak? Telinganya begitu jelas mendengar ungkapan rasa dari Fara.

Rasa bahagia dan bersalah, kian datang bersamaan seiring dengan kesalahan yang teringat. Bahagia karena dicintai Fara, dan bersalah karena sering membuat Fara terluka.
Tanpa ia sadari, ternyata istrinya itu begitu terluka saat melihatnya bersama Dira. Namun begitulah hebatnya Fara, pandai dalam menyembunyikan luka. Dan begitu bodohnya ia, yang tidak bisa peka akan hal itu.

Entah sudah sebanyak apa luka yang Alvin berikan pada Fara? Luka dan kecewa seakan sudah biasa Fara terima darinya.

Ya Tuhan ...

Bahkan setelah banyak luka yang dirinya berikan, wanita itu tetap saja mencintainya.

Cinta.

Alvin serasa bermimpi begitu mendengarnya.
Saat dirinya sendiri belum bisa memastikan dengan tepat seperti apa perasaannya terhadap Fara. Namun yang jelas, hidup bersama dengan Fara cukup lama membuat perasaan itu juga ia rasa. Walaupun masih tanda tanya?

Bahkan, istrinya itu berani mengakuinya terlebih dahulu. Katakan saja, Alvin pengecut!

Dan tentu juga, ketidakberaniannya beralasan. Alasan yang hanya Alvin sendiri yang tahu.

Lalu sekarang ....

Bagaimana?

Setelah pembicaraan semalam, Fara marah besar padanya. Wajar saja, Alvin mengaku dirinya juga yang salah karena menuduh Fara yang tidak-tidak. Istrinya itu bahkan enggan untuk menemaninya sarapan.

Tidak ada cara lain, selain Alvin harus meminta maaf pada Fara. Mungkin sebuah keharusan?
Mengingat ia sudah bersalah begitu besar pada istrinya. Tapi, apakah Alvin masih pantas mendapat maaf dari Fara, setelah banyaknya luka yang sudah ia berikan pada istrinya itu?

Benak Alvin bertanya-bertanya.

..........

"Om harus pergi." Ucap Alvin pada Keyra yang berada dalam dekapannya. Sepulang kerja tadi, dirinya menyempatkan diri untuk mampir ke apartemen Dira. Itupun karena Keyra yang merengek untuk memintanya datang. Namun saat ini, hati dan pikirannya sedang tidak tenang. Kecemasan dan kegundahan sedang melandanya. Alvin tidak tau apa yang terjadi? Yang jelas, hanya nama Fara yang tertera dipikirannya.

Ada raut kecewa di wajah Keyra saat Alvin melepas dekapannya dan beranjak bangkit dari kasur. "Om mau kemana?"

"Om harus pulang sayang."

"Jangan. Om jangan pulang." Larang Keyra, dengan menahan tangan Alvin yang hendak beranjak.

Sejenak Alvin meraih wajah Keyra untuk ia kecup. "Maaf sayang, Om gak bisa." Ucapan ya dengan nada selembut mungkin.

"Temenin Key bobo Om." Rengek Keyra, untuk menahan Alvin pergi.

"Lain waktu ya Key, Om pergi dulu." Pamit Alvin, tanpa mempedulikan tangis Keyra yang pecah saat ia tinggalkan.

"Kenapa Keyra nangis? Kamu mau kemana Vin." Langkah Alvin terhenti, saat Dira menghampirinya dari arah dapur.

"Aku harus pergi."

"Kamu belum lama disini, masa mau pergi lagi?"

"Sorry Di, lain waktu aku kesini lagi." Ucap Alvin, sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya.

"Gak bisa gitu Alvin." Suara Dira meninggi, dan tubuhnya menghalangi jalan Alvin untuk keluar.
"Kamu ini kenapa sih? Sekarang kamu udah gak ada waktu lagi buat Keyra, kamu jarang kesini. Susah juga kalau di hubungin. Dan sekarang, kamu tega buat Keyra nangis. Kasihan dia Vin, dia selalu nanyain kamu, Keyra kangen sama kamu." Ucap Dira dengan menggebu.

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang