•Part 39|| Bersepakat Kembali

24.1K 1.7K 114
                                    


"Sebesar itu yah, kesalahan aku? Sampai-sampai Alin sebenci itu sama aku."
Matanya memanas, kala Dira mengingat kejadian beberapa hari yang lalu di taman hiburan. Saat ia tidak sengaja bertemu dengan Alvin yang tengah berlibur juga bersama Fara dan Alin.

"Padahal dulu kita deket banget, aku juga sayang sama Alin Vin." Kenyataan pahit yang ia terima dihari itu, bahwa ternyata Alin memiliki dendam terdalam padanya. Dira tidak pernah menyangka hal itu, mengingat Alin adalah anggota keluarga Alvin yang sangat dekat dengannya dulu.

"Tapi sekarang, dia bahkan enggan buat sebut nama aku. Sekarang, cuma ada kebencian yang dia punya untuk aku Vin."
Tangisnya pecah, emosi Alin yang menggebu saat itu jelas menandakan betapa bencinya dia terhadap dirinya.

Disamping itu, Alvin tertegun. Dirinya tidak bisa menyangkal pernyataan Dira. Bahkan bukan hanya Alin yang membencinya, tapi orang-orang disekelilingnya juga. Terutama mereka,l yang mengetahui seperti apa penderitaannya dulu, saat Dira pergi meninggalkannya begitu saja.

"Aku yang bodoh. Andai dulu aku berpikir jauh sebelum mengambil keputusan, mungkin semuanya gak akan gini Vin."
Dira sadar diri, tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Melainkan ini semua, memang kesalahan dirinya sendiri.

"Semuanya pasti masih sama, termasuk kita. Padahal, masih ada cara yang lain buat nyelamatin perusahaan Papah waktu itu. Tanpa aku harus menikah, dan ninggalin kamu Vin."

"Harus berapa kali aku bilang sama kamu Di, jangan pernah kamu terus menyalahkan diri kamu sendiri. Semuanya sudah berlalalu, dan kita udah sepakat untuk melupakannya." Tangan Alvin terulur meraih tubuh Dira kedalam pelukannya. Ia hanya tidak tega melihat Dira yang terus menangis, dan berusaha untuk memberi ketenangan padanya.

"Aku tau kamu salah Di, tapi aku juga ikut bersalah. Harusnya aku sadar, kalau yang terluka bukan cuma aku aja, tapi kamu juga. Kita sama-sama menderita karena keadaan."

Melupakan sakit hati dan penderitaannya selama enam tahun silam, kini Alvin mulai mengobati lukanya. Apalagi saat ia tahu, bahwa Dira memiliki alasan tersendiri. Alasan yang selalu ia nanti disudut hatinya. Rasa cinta yang mendalam membuatnya berkeyakinan, bahwa Dira tidak melakukannya dengan sengaja. Karena nyatanya, wanita itu sama juga terluka.

"Dan soal Alin, dia hanya belum cukup dewasa untuk memahami masalah kita. Suatu hari pasti dia paham, dan bisa nerima kamu kembali." Alvin mencoba meyakinkan, padahal dirinya juga tidak yakin dengan ucapannya itu. Karena sampai saat ini, Alin masih salah paham padanya. Adik bungsunya itu tetap tidak terima, meski ia sudah menjelaskannya berulang kali.

Terakhir mereka bertemu kemarin malam, hubungan mereka tetap sama. Perintah Bundanya untuk segera berdamai, tidak dilaksanakan. Mungkin lebih tepatnya Alin, karena sampai saat ini dia masih padanya.

"Aa minta maaf, kalau udah buat Alin sakit hati. Dan untuk masalah ini, kita hanya berusaha untuk melupakan kesalahan masa lalu. Jadi, kita cuma mau berdamai dengan keadaan Lin."

"Dengan cara kalian kembali bersama gitu?" Alin tersenyum simpul. "Jadi kalian mau ngulangin waktu itu dimasa kini? Menjalin hubungan lagi, dengan melupakan penderitaan apa yang udah dia kasih buat Aa."

"Kita gak lebih sebatas teman Lin. Lagipula, Dira udah kasih tau alasan dia pergi waktu itu. Dan Aa terima, jadi gak ada alasan lagi buat Aa benci sama dia."

"Terserah. Alin udah gak ngerti lagi sama jalan pikiran Aa. Alin cuma mau ingetin! Jangan sampai salah langkah, apalagi berbalik arah. Wanita itu cuma masa lalu yang jelas udah buat Aa terluka. tapi Kak Fara, sudah jelas dia masa depan Aa. Jangan buat dia terluka A! Dan jangan sampai Aa menyesal karena kehilangan setitik permata demi sebongakah kerikil." Terdengar kasar memang, tapi Alin hanya ingin menegaskan agar Alvin tidak menyesal di akhir.

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang