Empat hari tanpa melakukan aktivitas seperti biasa, membuat Alvin merasa jenuh level akut. Belum lagi tubuhnya yang terasa kaku bak robot. Dan otot-ototnya yang seakan membeku karena jarang teregang. Jika biasanya dirinya merasa lelah karena bekerja seharian, lain halnya dengan kali ini, tubuhnya merasa lelah karena terus rebahan.
Tapi mau bagaimana lagi? Dokter memberikannya ultimatum agar tidak banyak melakukan aktivitas selama beberapa hari ini. Setelah dua hari dirawat dirumah sakit, Dokter menyarankannya untuk istirahat total dirumah. Tanpa melakukan atau memikirkan pekerjaan, agar kesehatannya kembali pulih. Hal itu jugalah membuat dirinya terpaksa untuk mengajukan surat permohonan izin selama satu minggu cuti, dan meninggalkan banyak pekerjaan. Beruntung pihak kantor mengerti akan kondisinya.
..........
Sesampainya di undakan tangga terakhir, Alvin menatap sekeliling rumah yang ada dihadapannya. Matanya terus menelusuri setiap sudut ruangan untuk mencari keberadaan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Fara, istrinya yang merangkap jadi dokter pribadinya selama ia sakit.
Alvin sendiri tidak menampik, betapa begitu telaten dan perhatiannya Fara dalam merawat dirinya selama sakit. Hampir dua puluh empat jam Fara siap siaga berada disampingnya. Tak jarang, ia juga sering menemukan Fara tidur di tepian ranjangnya semalaman. Dia bahkan sengaja menolak panggilan job beberapa hari ini, hanya untuk mengurus dirinya. Walau bisa dibilang Fara itu terlalu berlebihan, karena jujur saja ia masih sanggup hanya sekedar menyiapkan obat sendiri. Lain halnya Fara, yang sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk mengurus dirinya sendiri.
"Saya udah bilang, jangan buat diri kamu repot karena saya."
Fara berdecak. "Emang aku ngerasa repot?"
"Tanpa kamu bilang, saya tau."
"Jangan so tau!"
Alvin mencibir. "Saya bisa urus diri saya sendiri."
"Yakin?" Fara memandang remeh Alvin. "Jangan pernah merasa merepotkan. Karena aku gak ngerasa direpotkan."
Itulah jawaban terakhir Fara setelah beberapa kali ia menolak untuk dibantu. Sebelum akhirnya dirinya pasrah saja atas perlakuan Fara. Karena larangannya pun hanya di anggap angin lalu, jadi percuma.
Dibalik itu semua, Alvin merasakan perasaan yang sulit di artikan ketika mendapat perlakuan dari Fara. Melihat cara Fara yang merawatnya dengan baik, tanpa disadari mampu menciptakan lekungan manis pada bibirnya.
"Gak baik loh senyum-senyum sendiri. Dikira ada yang nyapa."
Alvin terkesiap, baru saja dirinya terciduk sedang senyum-senyum sendiri. "Yang nyapa siapa?"
Fara berhenti sejenak dihadapan Alvin, sambil membenarkan tumpukan jemuran kering ditangannya. "Dia yang tak kasat mata." Jawab Fara dengan kerlingan horor.
Alvin bergidik ngeri. "Hussh! Kamu ini." Kakinya terus mengikuti langkah kecil Fara, sampai di ruangan tempat biasa Fara menyetrika baju.
Fara terkekeh geli. "Jangan bilang takut, sampai ngikutin gitu."
Alvin tergagap. "Ma-mau bantuin." Ujarnya mencoba mengelak.
Fara mencibir sambil menyimpan tumpukan baju kering kekeranjang. "Telat." Sarkasnya, sambil berlalu menuju dapur. Mengingat ini sudah waktunya jam makan siang.
Jemari lentik itu mulai memilah, mengambil, dan memotong bahan makanan yang akan di olah sebagai menu makan siang kali ini. Belum lagi kaki jenjangnya yang terus melangkah kesana kemari, seakan sedang menari mengelilingi area dapur. Dan sesekali mulutnya bergumam seraya bersenandung kecil.
Dan tanpa disadari, hal tersebut menjadi sebuah pemandangan yang sulit di palingkan bagi sepasang mata yang terus menatapnya. Pemandangan yang selalu ia temui setiap hari, setelah berstatus menjadi suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You [END]
RomanceB e l u m R e v i s i [ Marriage Life ] Kisah pernikahan yang berlandaskan perjodohan, antara Alvin dan Fara. Fara, wanita cantik yang sukses diusia muda sebagai seorang penulis terpaksa harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Alvin, arsite...