Dua bulan kemudian...
Untuk kesekian kali, Fara tidak berhenti berdecak kagum saat matanya menyaksikan suguhan keindahan alam yang Tuhan ciptakan dihadapannya sekarang. Tepat dari tempatnya berdiri, Fara bisa melihat dengan jelas semburat jingga yang sedikit demi sedikit memperlihatkan cahayanya dari arah ufuk timur.
Kian lama, cahaya itu mulai meninggi dan menggantikan peranan bulan yang selesai menerangi malam. Memberi kehangatan serta penerangan bagi penduduk bumi, termasuk dirinya. Setelah sekian lama, akhirnya Fara bisa menikmati keindahan matahari terbit. Karena biasanya, Fara hanya bisa menyaksikan tanpa menikmati.
Maklum, Fara ini kan ibu rumah tangga yang di sibukan segudang pekerjaan setiap pagi. Jadi mana ada waktu buat nungguin matahari terbit?
"Selamat pagi sayang." Sapa Alvin dengan suara parau khas orang bangun tidur. Karena setelah shalat subuh tadi, ia memilih untuk kembali melanjutkan petualangannya di dunia mimpi. Berbeda dengan Fara yang malah asik nangkring didepan jendela.
"Pagi juga A."
Alvin semakin mengeratkan pelukannya, aroma sakura bercampur mint langsung menyeruak menusuk indra penciumannya saat dengan sengaja Alvin mengendus rambut basah Fara yang masih berlilitkan handuk.
"Suka?" Tanya Alvin. Walaupun dirinya sudah tahu, proses terbit dan tenggelamnya sang surya adalah pemandangan yang begitu disukai istrinya.
Fara mengangguk antusias. "Banget A. Apalagi sunrise nya bagus banget, lihat deh!"
"Ada yang lebih indah dari sunrise."
"Apa?"
"Kamu."
Seketika pipi Fara memerah persis seperti kepiting rebus. Ia tidak bisa menahan rasa bahagianya, saat dengan terang-terangan Alvin memberinya gombalan.
Setelah hubungan mereka membaik, Alvin tidak lagi sungkan untuk memuji atau merayu Fara. Bahkan, hampir setiap waktu pria itu berani mengungkapkan perasaannya pada sang istri. Tentu saja Fara senang, karena Alvin sudah mengalami banyak perubahan sekarang. Saat ini, Alvin bukanlah Alvin yang kaku, acuh, angkuh, dingin dan keras seperti saat pertama mengenalnya dulu. Karena ternyata inilah sikap Alvin yang sebenarnya. Dan yang kemarin hanyalah topeng yang menggambarkan lukanya saat itu.
"Jadi, setelah puas menikmati sunrise. Apa yang mau kita lakuin setelah ini? Tetap di kamar? Atau jalan-jalan keluar?"
"Aku mau jalan-jalan." Jawab Fara cepat.
"Kenapa gak di kamar aja?" Tanyanya dengan tatapan menggoda.
"Bulan madu gak serta-merta soal kamar aja ya A!" Sahut Fara. Ia paham kemana arah pembicaraan yang dimaksud suaminya itu.
Alvin tersenyum nakal pada Fara. "Padahal lebih enak di kamar Ra."
Mengerti maksud Alvin, Fara mendelik tajam pada suaminya itu. "Enggak ada, kalau mau dikamar terus ngapain jauh-jauh kita kesini? Lagian bisa patah semua tulang aku kalau kamu kurung dikamar seharian." Tolaknya dengan keras. Lagipula, tidak puaskah semalaman mereka,,, ah sudahlah, tidak perlu dibahas. Pasti paham apa yang dilakukan,,, ya itulah. Biar hanya Tuhan, Alvin dan Fara saja yang tahu.
Alvin terbahak kecil, ternyata Fara tau juga soal niatnya. "Heh denger ya! Di kamar juga gak serta merta soal bikin dedek aja! Banyak hal yang bisa kita lakuin disini?" Sangkalnya segera.
"Pokoknya aku mau jalan-jalan!" Keukeh Fara tetap pada pilihannya.
Alvin menghela nafa panjang. Lagipula, mana bisa ia menolak keinginan Fara? "Ok, ash you wish istriku sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You [END]
RomanceB e l u m R e v i s i [ Marriage Life ] Kisah pernikahan yang berlandaskan perjodohan, antara Alvin dan Fara. Fara, wanita cantik yang sukses diusia muda sebagai seorang penulis terpaksa harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Alvin, arsite...