ALULA FARZANA AYUNINDYA

126K 3.7K 23
                                    

"Jangankan untuk kenal sama dia, tau namanya aja enggak Fara tuh. Lagian kenapa sih maksa banget? Kan dari awal Fara bilang gak mau." Emosi yang sudah di ambang batas, membuatnya kesal bukan main. Tapi Fara tetap menjaga batasannya, mengingat yang sekarang ia hadapi adalah kedua orang tuanya.

"Ya nanti juga pasti tau sayang." Faris- ayah dari Fara. Terus berusaha untuk meyakinkan putri bungsunya itu. Meskipun ini bukanlah hal yang mudah.

"Lagian Abah sama mamah tuh main terima aja sih lamaran orang asing. Gak dibicarain dulu lagi sama orang yang mau dilamarnya."

Sudah kesekian kalinya, Fara menolak perjodohan yang direncanakan kedua orang tuanya. Bukannya benar-benar menolak, hanya saja Fara tidak tau dengan siapa dan seperti apa lelaki yang akan dijodohkan dengannya itu.

Bahkan Fara tau bahwa dirinya sudah dilamarpun pun baru sebulan yang lalu, saat kedua orang tuanya mulai gencar membujuk untuk ia menerima perjodohan ini.

"Mereka bukan orang asing sayang. Mereka itu sahabat Abah udah dari lama banget."

Terdengar aneh memang, di zaman modern seperti ini masih ada budaya perjodohan hanya karena perjanjian mereka di masa lampau. Kalimat yang awalnya di anggap bercanda, tapi menjadi impian terbesar bagi sahabatnya yang sudah tiada. Dan Faris ingin mengabulkan mimpi sahabatnya, dan dirinya pun tidak ingin ingkar. Bukan berarti putrinya yang menjadi korban, hanya saja Faris pun sudah tau betul keluarga dari calaon suami putrinya nanti. Jadi ia sudah tidak perlu khawatir, karena Fara akan berada di keluarga yang tepat.

"Ya tetep aja buat Fara asing. Kan Fara gak kenal siapa mereka?" Fara kembali membantah, dirinya sudah kebal dengan alasan-alasan yang di jelaskan Fariz.

"Kamu kenal tante Hana?" Tanya Vira- Ibu dari Fara.

"Tante Hana?" Sejenak Fara terdiam, seraya berusaha mengingat siapa yang di maksud Mamahnya itu.

Vira membenarkan. "Iya kita pernah beberapa kali ketemu." Imbuhnya, membantu Fara untuk segera mengingat.

Butuh waktu bagi Fara untuk mengingat sosok wanita bernama Hana itu, dan ingatannya pun tertuju pada kilasan wajah cantik nan ramah, dengan usia yang tidak bisa di bilang muda.

"Jadi yang lamar Fara Tante Hana?"

"Iya geulis." Faris menatap gemas putrinya. "Lebih tepatnya, dia lamar kamu buat anak laki-laki nya." Jelas Faris. Takut-takutnya Fara keliru.

"Tapi kan Bah, Fara gak tau yang mana anak Tante Hana itu. Namanya aja gak tau, apalagi orangnya?" Kembali Fara melayangkan alasan atas ketidakstujuannya. Anak siapapun dia, jika Fara belum mengenalnya, tetap ia tidak akan terima.

"Dengerin Mamah." Vira mengalihkan perhatian Fara. "Sebelum kalian menikah, pastinya kalian ketemu dulu. Saling mengenal satu sama lain, sampai akhirnya kalian merasa cocok. Dan setelah itu baru deh kalian langsung nikah."

Sebagai Ibu, jelas Vira tidak ingin anaknya jatuh ke tangan orang yang salah. Bagaimanapun Fara harus tau terlebih dahulu siapa calon suaminya. Tapi sebelum Fara tau, dirinya sudah tau terlebih dahulu calon menantunya. Maka dari itu, Vira berusaha keras membujuk anaknya. Karena yakin, kali ini pilihan mereka sudah tepat.

"Kalau gak cocok?"

"Harus cocok." Jawab Faris dan Vira secara bersamaan, membuat Fara menatap tidak percaya. Kompak sekali kedua orang tua ini.

"Kenapa harus cocok?" Sergah Fara dengan cepat.

"Dia ganteng, udah mapan lagi. Pekerja keras juga, yang penting, dia bertanggung jawab." Vira memberi tau gambaran tentang calon suami dari anaknya, walaupun dirinya belum mengenal lebih dalam tapi setidaknya itu yang bisa ia cari tau.

Fara menghela nafas dalam, otaknya harus kembali bekerja untuk mencari alasan. Baginya, bukan hal yang mudah menerima perjodohan yang di anggapnya dadakan ini.

"Kenapa harus Fara sih? Kenapa gak kak Ais aja?" Fara kembali bersuara, mengingat dirinya punya satu saudara perempuan.

"Karena kamu yang mereka mau." Berusaha tenang, Faris kembali meyakinkan Fara. "Lagian kan Kak Ais udah nikah sama A' Revan."

Skakmat, Fara lupa kalau kakanya itu sudah berumah tangga, bahkan sudah berbuntut dua. Sekarang apalagi yang harus ia jadikan alasan?

"Kalau emang iya, perjodohan direncanakan dari dulu, kenapa kalian baru ngasih tau Fara sekarang? Atau seenggaknya, Fara sama dia kenal dari dulu. Biar kita sama-sama tau." Fara akui ini alasan terakhirnya, mengingat otaknya sudah kehabisan cara untuk menolak, semoga saja berhasil.

"Nak, ada kalanya rencana kita menjadi rahasia. Tidak semua orang harus tau, termasuk kamu. Karena ada waktunya juga semuanya terungkap. Dan mungkin ini waktunya."

"Tidak pertemukan kita sejak lama, itu termasuk rencana kalian?"

"Ada beberapa hal yang kita takutkan, dan bisa saja menggagalkan semuanya, jika kita mempertemukan kalian sejak awal."

Fara terdiam, meresapi kata demi kata yang Abah dan Mamahnya ucapkan. Tidak ada yang salah memang dengan alasan dibalik perjodohan ini. Bahkan dirinya sudah hapal cerita besar antara kedua orang tuanya dengan sahabatnya itu, saat mereka sedang membujuknya. Lebih tepatnya, tentang Faris dan Alm. Abi.

Persahabatan antara Abah dan mendiang sahabatnya itu terjalin sejak lama, bahkan mereka berasal dari tempat kelahiran yang sama. Berangkat ke kota sama-sama, berjuang sama-sama, sampai akhirnya mereka menemukan kehidupan dan kebahagiaan mereka masing-masing. Dan persahabatan mereka tidak terputus begitu saja, Bahkan semakin erat, saat keduanya memiliki keluarga masing-masing. Namun komunikasi mereka kian hari kian jarang. Mengingat jarak yang terpisah jauh, saat keduanya membangun bisnis dengan cara masing-masing. Bahkan sudah jarang untuk bertemu setahun sekalipun, dan itupun karena kesibukkan. Tapi itu tidak menjadi tali pemisah bagi mereka, meskipun komunikasi yang jarang.

Begitulah, sedikit ringkasan cerita yang Fara hapal dari cerita yang selalu orang tuanya ceritakan. Dan lagi, Fara tidak tau sebanyak apa rencana yang mereka rencanakan dibaliknya.

Bukan untuk kali ini saja Fara memikirkan jawabannya, dari jauh-jauh hari tepatnya saat mengetahui perjodohan ini, dirinya mulai memikirkan tentang semuanya. Terutama masa depannya. Bagaimana kehidupannya setelah menjadi istri? Apakah dirinya bisa?
Yang jelas untuk saat ini, kebahagiaan orang tuanya adalah yang utama.

"Baiklah... " Fara menjeda ucapannya, kembali menguatkan tekad atas keputusannya kali ini. "Dengan Bismillah, Fara terima perjodohan ini." Tidak ada lagi alasan untuknya menolak, mengingat ini adalah pilihan orang tuanya. Fara selalu meyakini, pilihan kedua orangtuanya selalu yang terbaik.

Dan mungkin, ini sudah menjadi jalan takdirnya. Mengingat sampai usianya saat ini Fara masih sendiri. Bisa saja, ini semua adalah jawaban doa-doanya selama ini. Bukankah Tuhan memiliki cara tersendiri dalam mempertemukan takdir hambanya?

Bukan hanya karena mereka tapi karenaNya juga aku memutuskannya. Semoga memang yang ditakdirkan.
(Alula Farzana Ayunindya)

*geulis*(bahasa sunda)=cantik

Perfect With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang