"Selamat bobo Gio sayang."
Fara mengecup pipi gembul Gio, anak pertama Anya yang tertidur pulas di dalam pangkuannya. Setelah kelelahan karena terus diajak bermain sejak pagi.Dasar sikap Fara yang begitu menyukai anak-anak, ia tidak akan diam saja jika melihat anak kecil dihadapannya. Meskipun mereka belum lama berkenalan.
"Loh Gio tidur Ra."
Anya menghampiri Fara dengan Gia digendonganya."Iya Nya. Kecapean kali dia dari tadi main terus."
Sahut Fara dengan suara kecil agar tidak mengganggu Gio."Makasih loh ya, udah bantuin aku jaga Gio. Aku gak tau, kalau gak ada kamu gimana Ra? Mamah pergi, Mas Rezky juga ada panggilan klien. Gini nih kalau Gia lagi sakit rewel banget. Susah lepas." Ujar Anya yang mengeluarkan keluh kesah saat ia dituntut oleh perannya. Beruntung ada Fara, calon kakak iparnya itu sigap membantu disaat yang lain memilih pergi.
"Santai aja Nya. Gio anaknya aktif banget, aku seneng bisa main sama dia. Lagian aku juga bingung mau ngapain? Untungnya ada Gio."
"Pasti bikin repot kamu ya? "
Meskipun begitu, Anya merasa tidak enak hati
Mengingat usia Gio yang sedang di tahap aktif-aktifnya. Mereka belum lama kenal, tapi Fara sudah banyak dirinya repot kan."Enggak kok. Gimana sama kondisi Gia? "
Pandangan Fara beralih pada bayi berusia 5 bulan yang sedang minum ASI di pangkuan Anya."Panasnya sih mulai turun, tinggal rewelnya aja. Semaleman gak berhenti nangisnya, resiko deh begadang. Untung aja Gio mau tidur sama Bunda, gak kebayang kan gimana kalau tidur sama kita? Terus denger Adeknya nangis, pasti ikut-ikutan dia. Repot urusannya."
Fara terkekeh. Topik obrolan mengenai urus mengurus anak selalu menjadi favorit nya. Bukan hanya ilmu yang didapat, tapi banyak pengalaman juga yang bisa dirinya ambil.
"Kayaknya mereka gak terlalu jauh usianya yah Nya?""Satu setengah tahun. Awalnya mau nunda minimal sampai Gio udah masuk TK. Tapi gak lama udah di kasih lagi aja. So syukuri aja."
"Gimana rasanya urusin dua anak yang enggak jauh usianya ? Repot gak sih?" Fara semakin tertarik dengan perbincangan nya dengan Anya kali ini.
"Dibilang repot sih iya. Tapi untungnya rumah aku gak jauh sama Bunda. Cuman berjarak 5 rumah. Jadi kalau aku butuh bantuan tinggal lambaikan tangan di pintu. Bunda langsung datang deh."
Fara tertawa mendengar candaan Anya. Dirinya merasa terhibur dengan sikap Anya yang jenaka. Jauh berbeda dengan Alvin, kakaknya. Begitupun Alin yang tidak jauh berbeda dari Anya.
Apa karena dia pria satu-satunya, sikapnya jadi berbeda?
Entahlah? Fara belum tau banyak soal itu.
Mengingat tentang Alvin. Ini sudah siang tapi dirinya masih belum bertemu dengan calon suaminya itu.
Yaps,,, calon suami. Karena semalam, Hana dan Alvin benar-benar melamar nya secara resmi. Mungkin lebih tepatnya Hana. Karena Alvin hanya mengikuti apa yang diintruksikan Bundanya saja.
"Kamu gak bakal nunda kan? "
Fara mengernyitkan dahi. "Nunda apa? "
"Ya apalagi kalau masalah nunda menunda?"
Sahutnya yang terdengar ambigu."Enggak paham."
Anya gemas sendiri dengan kepolosan Fara. Masalah begituan aja, masa gak paham?
"Keponakan buat aku Ra. Biar Gia sama Gio ada temen." Jawab Anya, dengan penekanan disetiap katanya.
"Owh itu."
Fara mengangguk seakan paham. Tapi setelah otaknya mulai mencerna, beberapa detik kemudian. Akhinya dia paham apa maksud Anya."Maksud kamu soal itu?" Seru Fara kelabakan. Dirinya tidak bisa mengatakannya secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You [END]
RomanceB e l u m R e v i s i [ Marriage Life ] Kisah pernikahan yang berlandaskan perjodohan, antara Alvin dan Fara. Fara, wanita cantik yang sukses diusia muda sebagai seorang penulis terpaksa harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Alvin, arsite...