(1)

33.8K 711 13
                                    


Sudah puluhan kali Toha mengecek pesan di ponselnya. Namun tidak ada satupun pesan masuk di sana. Padahal jam digital di pojok kanan atas layar ponsel sudah menunjukan lewat pukul sepuluh malam.

Padahal Toha sudah sering mengingatkan gadis itu agar selalu pulang sebelum pukul sepuluh malam. Begitu pun soal memberi kabar. Baik melalui telepon maupun berupa pesan singkat kalau memang ada tugas kelompok yang harus dikerjakan sampai larut malam.

Toha menoleh saat mendengar ketukan di pintu depan. Penasaran, dia segera bangkit dari sofa dan bergegas membuka pintu.

"Dari mana saja kau? Apa ada tugas kuliah yang harus dikumpulkan besok pagi sampai kau harus pulang selarut ini?" cecar Toha begitu melihat Nisa di balik pintu. Basah kuyup tersiram hujan lebat.

"Maaf, Pa. Ponsel Nisa mati, lupa di-charge semalam."

"Alasan," dengus Toha sambil beralih menatap seorang lelaki yang berdiri di belakang Nisa. Meski tampak asing, tapi begitu akrab di mata Toha. Seperti bertemu sahabat lama yang sudah puluhan tahun tak bersua. "Temanmu?"

Nisa menggeleng sambil tersenyum sumringah. "Kenalin, Pa. Barga, pacar pertama Nisa."

"Salam kenal, Om," sapa Barga sambil berjabat tangan bersambung pelukan singkat, namun erat. "Sudah lama aku mencarimu, calon pengantinku," bisik lelaki itu dengan nada mesra di telinga Toha.

Badan Toha menegang saat sebersit kenangan masa silam bertamu ke benaknya tanpa diundang. Mencipta gambaran sesosok bocah dekil di pelupuk mata yang menerawang.

"Pak Toha ... kawin, yuk!" pinta bocah itu dengan tampang polos sambil menyodorkan sebuket bunga yang baru dipetik dari pot tanaman hias gedung sekolah.

Toha mengerjap saat Nisa mengibaskan tangan di depan matanya. "Y-yeah, terimakasih sudah mengantar putriku pulang dengan selamat."

"Tidak masalah," balas Barga sambil mengedik bahu.

"Ayo, masuk! Sangat dingin di luar sini," ajak Nisa sambil menggandeng Barga masuk. Mengabaikan pelototan sungkan Toha akan tingkah seenak dengkul Nisa yang membawa masuk lelaki asing itu tanpa seizin darinya.

Meski pun Toha tak punya alasan untuk melarang lelaki itu singgah barang sejenak. Apalagi dengan hujan yang mengguyur deras di luar sana.

Namun siapa sangka, bertemu Barga merupakan awal dari mimpi buruk Toha.[]

MY BRIDEGROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang