(15)

7.1K 365 4
                                    


Nasib baik setiba di rumah, Toha melihat lampu beranda depan masih padam. Meski pertanda itu lebih seperti pisau bermata dua.

Toha segera turun dari motor. Suasana berubah hening dan canggung kala Barga tak kunjung pergi setelah dia mengucap terimakasih pada lelaki itu.

"Aku belum memasak makan malam," celetuk Toha sambil mengedik bahu.

"Aku tidak lapar," sahut Barga. Tampak santai duduk di jok motor yang berhenti dekat pekarangan rumah Toha.

"Lalu, kenapa kau ...  masih di sini?" balas Toha berusaha mengusir secara halus.

"Jendela rumahmu masih gelap," gumam Barga sambil melirik sekilas rumah terang di sekitar mereka. "Jadi bisa kusimpulkan, kalau Nisa belum pulang."

Toha mengerang pelan seakan sudah bisa membaca pikiran mesum Barga. Semua lelaki sama saja, cepat tanggap dalam mengambil keputusan begitu ada kesempatan.

"Jadi, tunggu apalagi?" sambung Barga dengan nada tak sabaran.

Toha terperangah. "A-apa?"

"Kau bukan bocah idiot, Toha," cibir Barga sinis sambil memajukan badan mendekat. "Kau ingin makan malam di mana? Resto mahal pun tak apa selama bisa bikin perutmu kenyang."

"A-aku bisa makan di rumah. Tabung saja uangmu. Makasih sudah mengantarku pulang," gagap Toha dengan hati mencelus karena sudah berprasangka buruk.

Barga mengangguk. "Panggil saja aku kalau butuh bantuan."

Kening Toha mengerut begitu melihat sebelah tangan Barga menadah.

"Helm."

"Oh, astaga ... aku hampir lupa. M-maaf," pekik Toha kaget dengan pipi merona. Lantas segera memberikan helm itu.

Barga menahan diri agar tidak meraup dan melumat bibir manis nan ranum itu ketika melihat Toha melengos sambil mengigit bibir serta menyelipkan sejumput anak rambut di bagian pelipis ke belakang telinga.

Barga tidak mau bertindak gegabah dengan menuruti bisikan berahi. Meski sulit, dia harus melakukan pendekatan secara halus dan penuh perhitungan tanpa bikin Toha lari ketakutan seperti insiden ciuman pertama mereka.

Toha menepuk jidat. Lalu mengeplak bergantian kedua pipi begitu motor Barga meluncur pergi dan hilang di tikungan ujung jalan.

Dasar pikun kau, Toha! Memalukan sekali.

Toha baru sadar kalau daya ingatnya sudah tidak setajam dulu. Barangkali memang benar, semua itu terjadi karena faktor usia yang semakin merenta.[]

MY BRIDEGROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang