(31)

3.9K 241 29
                                    


Sejak melihat bulatan spidol di kalender duduk di nakas samping ranjang, ada perasaan rindu dan rasa bersalah menelisik dada Toha.

Tanpa terasa, hari berganti minggu dan kalender pun membuka lembaran bulan baru.

Spontan, Toha meraih kalender dan mengamati angka dalam bulatan spidol hitam tebal. Baris keempat kolom pertama pada lembar penanggalan itu.

Toha hampir lupa kalau hari itu ada agenda kunjungan rutin pemeriksaan kesehatan tulang sendi sebulan sekali.
Dia masih ingin berjalan tegap sepuluh tahun ke depan tanpa bantuan tongkat maupun kruk.

Menapak turun dari ranjang, menuju kamar mandi dan membasuh diri di bawah pancuran air dingin. Mencoba membekukan lara yang masih membekas dalam relung hati.

Sudah lebih dari seperempat abad berlalu, namun mimpi buruk itu enggan beranjak pergi. Terus bersemayam perih dalam ingatan, menenggelamkan Toha dalam kubangan rasa bersalah.

Toha rela memberikan apapun demi bisa memutar waktu; kembali ke masa lalu. Namun dia tahu, aliran waktu tidak pernah bergerak mundur, terus mendetak maju bersama seribu sesal menyisakan lara.

Dering samar alarm ponsel membuyar lamunan, segera mematikan keran pancuran dan bergegas keluar dalam balutan tebal jubah mandi.

Berderap ke dapur, segera menyiapkan sarapan. Menoleh  begitu mendengar tepakan kaki mendekat dari belakang.

"Papa nggak mengajar hari ini?" tanya Nisa heran dengan suara serak saat menemukan Toha masih sibuk memasak di dapur pada pukul tujuh lewat lima belas.

Toha bisa menebak kalau kencan Nisa semalam berakhir buruk mendapati muka sembab dan mata memerah serta rambut berantakan gadis itu.

"Papa ada kunjungan medis hari ini," sahut Toha sambil mengangguk. "Kamu sendiri, nggak ada kuliah pagi hari ini?"

"Kelas pertama kosong. Jadi bisa berangkat agak siangan," timpal Nisa sambil membuka kulkas. Mengambil sebotol air mineral dan menenggak habis dalam sekali teguk.

"Mau sarapan apa?"

"Seperti biasa aja. Roti tangkup bakar isi telur mata sapi dan irisan sayur," sahut Nisa sambil menaruh botol di rak samping pintu sisi dalam kulkas setelah mengisi ulang.

Nisa terus mengamati Toha sedang memanggang roti tawar dalam baluran mentega, lantas menggoreng telur serta memotong daun selada dan kubis.

"Pa?"

"Ada apa, Nis?" gumam Toha masih sibuk menata telur, irisan daun selada dan kubis dengan tambahan lelehan saus bercampur mayones di dalam tangkupan roti bakar itu.

"Apa benar, Papa punya hubungan ... 'khusus' dengan dokter Imran?" Nisa memilah kata dengan cermat agar tidak menekan tombol perang mulut di antara mereka. "Sesuatu yang spesial, mungkin?"

Gerakan tangan Toha seketika berhenti. "Jangan bilang kamu sudah mengintip postingan akun lama Papa," desis Toha dengan bahu menengang.

Sudah lama Toha berencana menghapus akun konsolidasi itu, namun selalu ada saja kendala seperti salah sandi dan berimbas pada pemblokiran akses akun secara permanen. Entah lantaran dia salah ketik sandi atau memang sudah diganti sandi baru oleh pengguna akun kedua.

"Lalu, apa benar kalau dulu dia pernah tinggal bersama ... kita?" gumam Nisa memutuskan untuk tidak melibatkan Barga dalam skandal keluarga.

"Makan rotimu sebelum dingin. Papa ganti baju dulu dan kita berangkat ke kampus bareng," tukas Toha menaruh roti tangkup bakar ke piring, lantas meletakan piring itu ke meja makan bersama segelas susu segar.

"Nisa belum mandi," bantah Nisa menyerah mengorek lebih dalam.

"Papa bisa menunggu," sahut Toha sambil melirik jarum jam dinding, terus berputar konstan. "Masih ada waktu dua puluh menit untuk sarapan dan bersiap."

Nisa melenggang malas ke kamar setelah menyantap roti bakar dalam sepuluh gigitan besar dan kembali ke dapur dengan handuk tersampir di bahu.

Toha segera membereskan meja makan dan mencuci piring dengan iringan gemericik pancuran air menabuh ubin kamar mandi dapur.[]

a/n:

Sori kalo pendek, yes? Makasih juga udah berkenan baca sampe sini. Author cuma pengin tanya, adakah readers di sini yg bisa bikin cover dan pasang sticker logo? Kalo ada bisa DM atau tulis aja di kolom komen, klo emang ga ada yaudh, author bakal usaha bikin sendiri. Sekali lagi makasih ya udh mampir, dan moga betah baca sampe ending ^^

MY BRIDEGROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang