(5)

12.6K 534 9
                                    


Barga bangun ketika mendapati Toha sudah tidak ada dalam pelukannya. Begitu pun di toilet kamar itu.

Barga mengembus napas lega saat melihat Toha sedang menyeduh secangkir kopi di dapur. Ada perasaan takut menelisip kala dia kehilangan sosok itu.

"Mau kopi?" tawar Toha saat sadar ada Barga di dapur itu.

"Kenapa tidak kau saja yang menghangatkan tubuhku," bisik Barga sambil memeluk Toha dari belakang dan menopang dagu di bahu duda manis itu.

Toha menggeliat resah kala Barga mengecup lembut tengkuknya. "Jaga kelakuanmu, Barga."

"Tenang saja, Nisa masih tidur."

"Tetap saja berisiko. Kau belum mandi?" tanya Toha dengan hidung mengernyit. "Bau sekali badanmu."

Barga refleks mengangkat sebelah lengan. Kemudian mengendus ketiak. "Wangi, kok. Coba endus?"

Toha kontan memasang tampang ingin muntah. "Hidungmu pasti bermasalah. Lekas mandi sana, bikin polusi udara tambah parah saja!"

Toha melenguh lemas sambil meremas dada ketika Barga berjalan kembali ke kamar. Dia baru sadar kalau berada terlalu dekat dengan lelaki itu sangat mengancam kesehatan jantungnya.

Toha bergegas ke kamar saat mendengar panggilan Barga. "Ada apa?" tanya Toha begitu tiba di depan toilet kamar tidurnya. "Dagumu tergores pisau cukur?"

Tersentak mundur ketika pintu kamar mandi berkaca buram itu bergeser terbuka. Menampakkan postur gagah setengah telanjang Barga dengan selembar handuk menutupi bagian bawah badannya.

"Boleh pinjam celana dalam?"

Toha tercengang. "Celana ... dalam?"

"Ya, ada?"

Toha mengangguk pelan. Tidak yakin ada celana dalam yang mungkin cukup untuk menampung selangkangan Barga. Sudah jelas lebih besar dan panjang dari miliknya. Bahkan ketika ereksi.

"Tunggu sebentar, aku ambil dulu di lemari."

Toha segera menarik celana dalam dengan ukuran paling besar di tumpukan bawah. Semoga muat.

Barga langsung mengambil celana dalam itu dari tangan Toha. Lalu menutup pintu toilet.

"Nggak muat. Ada yang lebih besaran dikit?" tanya Barga dari dalam toilet.

Toha mendengus berang. "Itu sudah ukuran paling besar!"

"Benarkah?"

Toha terkesiap saat sadar Barga sudah berdiri di luar pintu toilet. Hanya memakai celana dalam yang melorot ke bawah karena posisi kepala penis mengacung ke depan. Tampak sejumput bulu pubis serta siluet pangkal batang penis setengah menegang mengintip dari dalam sana.

"Menurutmu lebih nyaman mana? Bengkokin ke sisi kiri atau kanan? Atau lebih enakan kalau hadap lurus ke atas?" tanya Barga sibuk mengatur posisi penisnya agar bisa masuk sempurna ke celana dalam sempit itu.

"Pakai saja celana kolor kalau nggak ada satu pun yang muat," saran Toha sambil membuang muka dengan pipi merona dan melenggang keluar dengan lutut gemetaran.

Siapa sangka, Toha tergoda dengan penis dalam balutan celana dalam terkutuk itu.[]

MY BRIDEGROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang