Selama mereka mengunjungi setiap ruangan di gedung sekolah itu, Barga berusaha menjaga jarak tetap berada di luar zona traumatis Toha.Meski cukup kewalahan mengatur penisnya tetap tenang dalam celana. Beberapa kali Barga memasukkan tangan ke saku celana untuk membenarkan posisi penisnya agar lebih nyaman.
Lebih dari sekali Toha mendapati lirikan genit para siswi ketika melihat Barga melintas di depan kelas mereka. Ada beberapa yang cukup berani menghampiri guru olahraga sementara mereka dan meminta nomor ponselnya.
Yeah, tentu saja secara terselubung dengan beragam modus kacangan. Bahkan ada yang sampai bikin Toha geleng kepala dengan tingkah konyol mereka. Seperti meminjam ponsel Barga untuk menghubungi ponsel mereka yang hilang, padahal itu ponsel ada di saku baju seragam mereka sendiri.
Toha maklum. Dia juga pernah mengalami masa puber dan saling berebut mencari pasangan. Meski pun masa remajanya tidak seindah kisah romansa di dalam buku novel yang sering dia baca.
Sekolah itu menoleransi murid membawa ponsel. Semua ponsel akan dikumpulkan selama mengikuti pelajaran di kelas dan hanya boleh dimainkan saat jam istirahat saja.
Toha duduk di bangku taman dengan napas tersengal dan peluh bercucuran. Siapa sangka, naik-turun tangga separuh gedung sekolah saja bisa secapek ini.
Toha sedang mengingatkan diri untuk bertemu kepsek sepulang sekolah nanti untuk membahas soal lift sebagai fasilitas sekolah agar managemen waktu dan kinerja guru dalam mengajar lebih efesien saat melihat Barga datang sambil menenteng kantong plastik di satu tangan.
Barga berhenti di depan Toha. Mengaduk isi kantong itu dan menyodorkan minuman susu kemasan kotak ke arah Toha.
"Susu?" tanya Toha heran. Apa dia tampak sepertl bocah umur tujuh tahun?
"Aku bisa tukar kalau kau tidak mau."
"N-nggak usah," cegah Toha saat Barga hendak berbalik kembali ke kantin dan mengambil susu kotak itu. "Aku suka, kok. Terimakasih."
Barga mengangguk, lalu duduk di sebelah Toha sambil menaruh kantong itu di tengah mereka.
Bibir Toha mencebik kala melihat Barga mengambil sebotol kaleng minuman isotonik. Terdengar bunyi soda mendesis saat lelaki itu menarik pengait botol kaleng itu.
Toha meneguk ludah ketika melihat Barga menenggak minuman isotonik itu dengan kepala agak mendongak. Buah jakun lelaki itu tampak bergerak naik-turun saat air soda mengalir melewati tenggorokan. Tampak begitu macho dan jantan.
Toha segera merunduk kala menangkap gerakan mata Barga melirik ke arahnya. Dengan sedikit gelagapan, dia mencabut sedotan dan menancapkan ke lubang kemasan susu.
Barga tersenyum geli melirik bibir cemberut Toha yang justru tampak imut dan menggemaskan di mata lelaki itu saat sedang sibuk menyedot susu kemasan kotak.
Barga jadi penasaran, bagaimana sensasi bibir manis itu saat mengulum penisnya yang sudah mengeras di selangkangan.[]
