(22)

5.9K 332 5
                                    


Toha langsung menelepon Nisa begitu mendengar kabar itu. Berbohong sedang mengikuti rapat pembekalan guru mengenai metode mengajar efektif ketika gadis itu bertanya ke mana dia pergi.

"Kamu yakin nggak apa sendirian di rumah?" tanya Toha sambil melirik berang ke arah Barga yang kembali sibuk mengayunkan keponakan ke udara. Kali ini giliran Dion. "Barangkali, kamu bisa minta Sarah menemani."

"Nisa berani, kok. Papa tenang aja," sahut Nisa riang, meski ada nada sendu menelisip di sana.

"Kabarin saja kalau ada masalah di rumah, apapun itu. Jaga diri baik-baik. Papa akan segera pulang, oke?" pinta Toha dan segera memutus sambungan telepon begitu gadis itu setuju tanpa sekali pun membantah.

Toha sadar pasti ada kebocoran informasi. Seseorang yang sudah memberitahu Barga perihal kunjungannya hari itu. Tapi siapa?

"Ada masalah?" tanya Toha saat menoleh ke dapur dan mendapati gelagat panik serta bingung Bi Lasmi.

"Kita kehabisan bahan makanan," sahut Bi Lasmi putus asa sambil menunjukan isi kulkas yang nyaris kosong. "Bibi lupa belanja minggu lalu. Menurutmu, kita bisa bikin apa dengan semua bahan sisa ini?"

"Kita bisa bikin omelat ikan sarden dan salad sayur, mungkin?" sahut Toha sambil mengamati kaleng sarden dan sebutir telur serta beberapa wortel dan mentimun kering dan layu. "Atau Bibi punya menu pilihan lain?"

"Oh... aku tak percaya kau bisa memasak, Manis," balas Bi Lasmi kaget sambil menatap Toha dengan sangsi.

Toha mengedik bahu. "Yeah, hanya beberapa menu sederhana."

Bi Lasmi mengangguk agak antusias. "Lebih baik daripada kita semua mati kelaparan."

Mereka pun mulai memasak. Toha berkutat dengan talenan memotong wortel dan mentimun sementara Bi Lasmi sibuk mengaduk adonan telur serta campuran ikan sarden di mangkuk.

"Butuh tambahan tangan, Nona-nona?" tawar Barga tetiba berdiri di sebelah Toha sambil mencomot potongan wortel dan mentimun dan melahapnya tanpa dosa.

Toha kontan memutar bola mata melihat seringai nakal Barga. "Pastikan saja kedua ponakanmu tidak mengacau di dapur," kata Toha sambil melirik Edi dan Dion sedang saling mengejar pesawat kertas mainan yang mereka lontarkan ke udara.

"Siap laksanakan!" sigap Barga segera menangkap dan merangkul lengan di bahu kedua bocah itu. Mencegah mereka kabur.

"Ayo, taruhan. Menurut kalian, siapa yang bakal selesai duluan?" tanya Barga sambil menatap bergantian kedua keponakannya.

"Oma!" sahut mereka bersamaan penuh keyakinan.

Barga tersenyum puas. "Oke, bersiaplah pecahin bebek celengan kalian karena sebentar lagi kalian akan kalah."[]

MY BRIDEGROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang