(3)

14.3K 615 6
                                    


Meski sudah lewat tengah malam, mata Toha masih enggan terpejam. Dia bisa mendengar dengkuran berat Barga yang tidur telentang di sebelahnya.

Toha memiringkan badan menghadap tembok. Mencoba membayangkan sesuatu yang menyenangkan, semisal berjemur di pantai dengan buku sketsa di tangan. Namun tetap saja tidak membantu menenangkan pikiran yang justru semakin gelisah.

"Nggak bisa tidur?" tanya Barga dengan suara serak dan berat.

"Tidak, hanya sedang mencoba mengingat sesuatu," sahut Toha mengelak tanpa berbalik menatap Barga. Tidak ingin lelaki itu menganggapnya sebagai duda kesepian dan menyedihkan.

"Ke mana Dania? Kalian bercerai?" cecar Barga sambil menopang kepala dengan sebelah siku. Mengamati postur punggung Toha yang kecil dan ramping dalam balutan baju piyama tipis.

"Dania sudah meninggal, Ga."

Barga mengangkat sebelah alis. Cukup terkejut dengan kabar duka itu. "Sejak kapan?"

Toha menghela napas berat. Dadanya masih terasa sesak setiap kali mengingat peristiwa itu. Satu alasan kenapa dia memilih pindah dan memulai kehidupan baru bersama Nisa. Putri semata wayang mereka.

"Lekas kembali tidur agar besok tidak telat berangkat kerja," sahut Toha mencoba mengalihkan topik, namun gagal.

"Kenapa dia bisa meninggal?"

"Bisakah kita sambung besok pagi?" pinta Toha sambil memutar badan menghadap Barga. Napasnya tercekat kala sadar jarak mereka terlalu dekat.

"Kau mengantuk?" tanya Barga sambil mengelus pelipis Toha. Gerakan intim itu segera mendapat tepisan kasar dari tangan Toha.

"Jangan sentuh aku," desis Toha sambil menyibak selimut dan beranjak turun dari ranjang. Dia tidak mengira sentuhan itu akan mengalirkan getaran lembut ke sekujur tubuh.

"Mau ke mana?"

"Tidur di sofa ruang tamu."

Barga kontan menyambar pergelangan tangan Toha dan menariknya hingga tubuh duda manis beranak satu itu jatuh menimpa badan kekarnya.

Spontan Toha meronta demi bisa melepaskan diri dari kurungan lengan berotot Barga. Namun nihil, tenaga mereka tidak sepadan. Jelas lelaki muda itu lebih unggul.

"Berhenti memberontak, Toha!" geram Barga sambil mengunci kedua pergelangan tangan Toha dengan satu cengkeraman kasar. "Yeah, bagus. Jadilah anak baik dan patuhi semua perintahku."

"Apa yang kau inginkan dariku?" bisik Toha dengan nada gemetar dan napas tersengal seperti gadis perawan yang sudah tak sabar di malam pertama bersanggama.[]

MY BRIDEGROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang