(19)

6.9K 344 3
                                    


Napas Toha tercekat dan mata membeliak kaget saat mendapati tembok kamar itu penuh dengan tempelan foto tak senonoh. Bahkan merambat sampai ke plafon kamar tak luput dari rekatan potret bugil dalam beragam pose sensual.

Mungkin tampak wajar di mata sebagian besar lelaki normal, baik hetero maupun bagi mereka dengan orientasi seks menyimpang. Toha tahu kalau kamar seorang pria bujangan merupakan sarang bersembunyi bagi majalah dewasa dan beberapa keping kaset video cabul.

Toha masih bisa menoleransi dekorasi dinding kamar itu yang lebih seperti galeri foto mesum kalau saja bukan foto bugil dirinya yang menjadi bahan asupan masturbasi.

Brengsek, dasar penguntit gila! Dari mana Barga bisa mengambil foto itu? Apa ketika menginap malam itu?

Namun, Toha meragukan asumsi terakhir. Jelas Barga mengoleksi kumpulan foto erotis itu jauh sebelum pertemuan pertama mereka malam itu.

Bagaimana bisa Toha tidak sadar kalau selama ini ada mata kamera mengintai dan mengambil gambar dalam diam.

Tubuh Toha mendadak mengigil kala mengedar mata ke penjuru kamar. Mencari petunjuk letak kamera Barga bersembunyi dengsn indikator dari latar lokasi serta posisi arah kamera saat sedang memotret dalam kumpulan foto bugil itu.

Toha mengakui kecakapan serta akurasi Barga dalam mengambil sudut gambar sehingga bisa mengubah pemandangan biasa menjadi tampak fotogenik dan mengandung nilai estetis.

Meski tetap saja Toha merinding kala mengamati sosok model dalam foto mengambil pose cukup berani memancing birahi dalam balutan hangat jubah mandi, kepala menoleh ke samping dengan bibir agak mengerucut menimbulkan ilusi sedang meniup sesuatu serta kerah jubah agak merusut ke bawah memamerkan lekuk bahu ramping dan punggung mulus mengintip dari sibakan kerah itu.

Oh, astaga ... betapa murahan sekali dirimu, Toha.

Toha segera mendekat dan hendak merobek foto itu saat tanpa sengaja menangkap layar laptop di meja belajar samping ranjang masih menyala.

Penasaran, Toha bergegas ke meja belajar agar bisa melihat lebih jelas tampilan layar laptop itu. Kontan tersentak mundur dan hampir menjerit histeris kalau saja tidak refleks membekap mulut.

Ya, benar. Layar laptop itu sedang menampilkan rekaman kamera tersembunyi yang terpasang di setiap sudut rumah Toha. Bukan hanya ada satu, melainkan belasan kamera karena ada lebih dari satu panel video yang masih aktif merekam.

Toha mengumpat saat mendengar panggilan Bibi Lasmi. Karena kaget, tanpa sengaja menendang jatuh keranjang sampah di dekat kolong ranjang Barga.

Segera jongkok dan memungut gumpalan tisu di lantai. Mendadak Toha berhenti kala merasakan ada cairan lengket menempel di telapak tangan.

Apa ... itu?

Toha mengerang pelan begitu mengendus dan sadar kalau cairan lengket itu merupakan cairan sperma Barga.

Refleks Toha membuang gumpalan tisu bekas mengelap sperma itu ke keranjang sampah dan bergegas keluar kamar begitu ada kesempatan.

"Kalau kamu pengin pergi ke suatu tempat, tolong bilang dulu ke bibi. Jangan bikin bibi takut," tegur Bi Lasmi begitu mereka bertemu di lorong dapur sambil meremas kedua tangan Toha. "Bisa, kan?"

"M-maaf, aku hanya ... apa ada toilet di sekitar sini?"

Bi Lasmi tersenyum lega dan menggandeng tangan Toha. "Mari, bibi antar kamu ke sana."[]

MY BRIDEGROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang