(13)

7.4K 375 3
                                    


Begitu memasuki ruang guru, Toha membatu kala mendapati tatapan tajam Bu Esti.

"Kenapa?" tanya Barga melihat Toha tetiba berhenti di depan pintu.

"Kau duluan saja. Ada urusan mendesak yang harus kubicarakan dengan Bu Esti," jelas Toha sambil menambah tumpukan buku gambar di tangan Barga dengan buku bagiannya. "Maaf, ya."

Barga mengangguk. "Pergilah."

Toha mengembus napas lega. Menoleh ke arah Bu Esti yang sedang duduk di barisan meja guru bagian belakang sisi kanan pintu. Dengan bantuan kode mata, mereka saling mengangguk tanpa bicara sepatah kata bikin Barga tercengang.

Apa benar mereka memiliki kemampuan ... telepati?

Bu Esti segera menyusul Toha keluar ruangan. Tersenyum canggung saat berpapasan dengan Barga di depan pintu, "Permisi."

"Yeah ... silakan," sahut Barga sambil menepi dengan kening mengerut dalam. Mencoba menebak jalan pikiran mereka.

"Jadi, ada hubungan apa kamu dengan guru muda baru kita?" tanya Bu Esti lugas begitu menemukan tempat sepi untuk mereka bicara empat mata.

"Semua ini tidak seperti apa yang Bu Esti pikirkan," kilah Toha sambil melirik sekitar dengan raut gusar. "Barga hanya..."

"Siapa?" desak Bu Esti dengan sorot penuh selidik.

Toha berusaha mencari alasan logis tanpa menguak masa lalu kelamnya. "Mantan muridku," aku Toha sambil mendesah pasrah.

Bu Esti mendengus tak percaya. "Kau kira bisa mengelabuiku? Saya memang lebih tua darimu, tapi mataku masih belum rabun. Jelas kelihatan kalau dia sedang mengejarmu, Toha."

"Bu Esti tidak mengerti. Aku..." Toha menjeda. Bingung menjelaskan tanpa bikin guru sejarah itu menaruh iba pada bencana yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Saya tahu sekarang alasanmu memilih menduda selama ini," simpul Bu Esti dengan sorot kecewa. "Rahasia apalagi yang sudah kau sembuyikan dariku?"

"Bukan begitu maksudku!" jerit Toha histeris tanpa sadar sambil mengusak rambut frustrasi. "Ya, tuhan ... kenapa hidupku jadi begini?"

"Sebagai teman baikmu, saya hanya ingin mengingatkan; tidak semua orang bisa memahami persepsi cinta di hati kalian," sahut Bu Esti sambil menepuk pelan dan mengusap lembut lengan Toha. "Tapi selama itu bikin kamu bahagia, saya akan selalu mendukungmu, Toha."

Toha mendongak dengan mata sayu. Lalu memeluk guru sejarah itu dan mengangguk.

"Jadi jangan sungkan membagi bebanmu padaku."

Tanpa mereka sadari, Barga mengamati dari kejauhan dengan rahang menggeretak dan tangan mengepal erat.[]

MY BRIDEGROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang