28

3.2K 265 44
                                    

Rosé terperangah dengan apa yang kini dilihatnya saat ia membuka pintu kamar hotelnya. Pria tampan bertubuh tinggi itu berdiri menatapnya dengan sangat tajam.

"Lepaskan aku," kata Rosé memberontak saat Chanyeol memeluknya tiba-tiba.

Entah tenaganya yang tak kuat atau memang Rosé juga merindukan Chanyeol yang jelas keduanya masih berpelukan hingga pintu hotel tertutup.

"Aku merindukanmu, biarkan seperti ini dulu," kata Chanyeol dengan suara baritonnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Bekerja dan mengejar masa depanku,"

Rosé meloloskan diri dari pelukan Chanyeol saat pelukannya mengendur. Ia membenarkan pakaiannya.

"Ada urusan bisnis dan kebetulan aku tahu kalau grupmu sedang mengadakan konser di sini,"

Rosé mengangkat satu alisnya. Ia tak percaya kalau kedatangan Chanyeol hanyalah kebetulan. Besok pria itu juga tampil dalam panggung yang sama dengannya jadi bukankah aneh kalau ia melakuakn penerbangan singkat ke Jepang hanya untuk urusan bisnis? Ayolah, sekarang semuanya bisa dikerjakan entah lewat email maupun skype.

"Kau mau pergi denganku?"

"Tidak, ini sudah malam,"

"Justru karena malam makanya kita harus pergi,"

"Tidak, oppa kembali saja,"

Chanyeol tersenyum menyembunyikan kekecewaannya. Gadis itu masih menghindarinya.

"Ada tamu?" tanya seorang pria paruh baya saat masuk ke kamar hotel Rosè diikuti oleh seorang wanita paruh baya di belakangnya.

Chanyeol tersenyum sebelum membungkuk memberi salam pada keduanya. Kini Chanyeol tahu darimana Rosé mewarisi wajah cantiknya.

"Bukankah kau--,"

"Perkenalkan, nama saya Park Chanyeol," kata Chanyeol pada kedua orang tua Rosé.

"Aku sering melihatmu di televisi," jawab ibu Rosé ramah.

"Benar, kau anggota EXO kan? Kau pernah featuring dengan putriku," kali ini ayah Rosé yang bertanya dan Chanyeol mengangguk senang. Ia senang kedua orang tua Rosé sudah mengenalnya meski baru lewat televisi.

"Kau sudah makan malam? Tadi aku membeli cukup banyak makanan," tawar ibu Rosé.

"Chanyeol oppa bilang dia harus segera kembali karena besok dia ikut jadwal penerbangan pagi,"

"Tidak apa-apa Chaeyoung-ah, tidak sopan kalau aku menolak tawaran orang tuamu,"

Chanyeol tak akan melewatkan kesempatannya untuk mengulur waktu bersama Rosé lebih lama lagi.

"Jadi kau datang untuk bisnis?" tanya ayah Rosé di sela acara makan malam.

"Benar," jawab Chanyeol singkat, senyumannya tak pernah luntur sedikitpun.

"Pasti kau sangat sibuk, bekerja sebagai idol saja sudah cukup menyita waktu dan sekarang ditambah berbisnis, kapan kau meluangkan waktu untuk dirimu sendiri?" tanya ibu Rosé.

"Apa saat mandi kau juga keramas sambil menggosok gigi?" tanya ayah Rosé memperumpamakan kesibukan Chanyeol.

"Terkadang, tuan Park," jawab Chanyeol sambil tertawa.

"Berarti kau tidak punya waktu untuk keluargamu," sambung ibu Rosé lagi.

"Ibu, Chanyeol oppa adalah orang yang memberiku ide untuk mengajak kalian serta di jadwal tur luar negeriku," jawaban Rosé terdengar seolah membela Chanyeol. Ia tak ingin orang tuanya mengira bahwa Chanyeol adalah anak yang tidak perhatian pada keluarga.

Chanyeol tersenyum mendengar pembelaan Rosé. Gadis itu ternyata masih peduli padanya, "menjadikan hobi sebagai pekerjaan adalah sebuah anugerah bagiku meski harus kuakui aku harus mengorbankan kehidupan pribadiku untuk itu,"

"Bagaimana kelak kalau kau berumah tangga? Istrimu pasti kesepian,"

Wajah Rosé merah padam. Ia heran kenapa ayahnya harus menanyakan hal semacam itu pada Chanyeol. Tapi lebih aneh lagi karena justru Rosé yang tersipu. Ini tidak seperti ayahnya sedang membicarakannya bukan?

"Kupikir aku harus bekerja keras sekarang agar saat aku menikah aku jadi bisa lebih bersantai," jawab Chanyeol yang merujuk pada di masa depan ia ingin lebih punya banyak waktu untuk keluarganya.

"Bukan uang masalahnya, aku yakin orang sepertimu bekerja keras bukan semata-mata hanya untuk mengejar kekayaan tapi karena dorongan dari dirimulah yang membuatmu tak betah untuk berdiam diri,"

"Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri?" tanya ibu Rosé pada suaminya.

"Hehe, entah kenapa aku seperti melihat masa mudaku pada dirinya,"

Chanyeol kembali tersenyum. Ia bangga karena telah mendapat penilaian baik dari ayah Rosé.

"Kudengar anda mengoleksi merchandise limited edition dari beberapa band, apakah anda masih melakukannya?"

"Tentu saja, itu adalah hartaku,"

"Bolehkah aku melihatnya lain kali? Aku juga tertarik pada hal-hal semacam itu,"

"Benarkah? Boleh sekali, lebih bagus kalau kau membawa sesuatu untuk tambahan koleksiku,"

"Ayah!!" Rosé menegur ayahnya yang terlalu mudah akrab pada Chanyeol.

"Pasti tuan Park, jangan khawatir,"

Chanyeol diantar Rosé menuju lift. Pria itu tak berhenti tersenyum malam itu.

"Kau mau pergi denganku besok?"

"Tidak mau,"

"Kenapa?"

"Apa kau tidak dengar ucapanku terakhir kali?"

Chanyeol menghela napasnya sambil tetap tersenyum. Ia tak ingin menunjukkan kekecewaannya karena Rosé masih berusaha menjauhinya.

"Datanglah, mungkin besok adalah kali terakhir aku mengganggumu,"

Raut wajah Rosé seketika berubah. Ia tak mengerti dengan maksud Chanyeol.

"Mari kita akhiri dengan baik kalau itu memang keinginanmu,"

Ada rasa tak rela di hati Rosé saat Chanyeol mengatakannya tapi sebisa mungkin Rosé mengontrol ekspresinya. Ia tak ingin membuat Chanyeol berharap lebih kepada dirinya.

tvN Life Bar : EXO Chanyeol and Blackpink Rosé special ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang