"Ada apa dengan wajahmu? Apa kau masih kesal karena Chanyeol oppa tak bisa menemanimu?" tanya Lisa saat ia baru saja masuk ke apartemen Rosé.
Rosé menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak marah hanya saja jika Chanyeol yang menemaninya pasti akan jauh lebih baik
"Lalu kenapa?"
"Entahlah, daripada marah karena ia terlalu sibuk, aku justru lebih khawatir padanya,"
"OHO !! Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba menjadi dewasa begini?" Lisa membelalakkan matanya tak percaya dengan perubahan sikap Rosé sejak ia mengasingkan diri di pulau.
"Aku sadar bahwa selama ini aku tak pernah melakukan apapun untuknya, alih-alih menenangkannya saat ia sedang berada dalam masalah, aku justru membebaninya,"
"Memang!! kau baru sadar?"
Rosé tidak marah saat Lisa menggodanya seperti itu. Ia hanya berharap bahwa ia tak terlalu terlambat untuk berubah.
"Jadi kau sudah tahu dia sedang punya masalah apa?"
Lagi-lagi Rosé menggeleng. Ia belum tahu masalah apa yang sedang menimpa Chanyeol tapi daripada mencari tahu sendiri, ia lebih memilih untuk menunggu sampai Chanyeol siap berbagi dengannya.
***
Kedatangan Lisa hari itu adalah untuk menemani Rosé memilih fotografer. Lisa adalah orang yang punya ketertarikan di bidang fotografi. Gadis itu pasti tahu mana fotografer yang bagus.
"Kau kenapa Chaeyoung-ah?" tanya Lisa saat Rosé tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Sepertinya sudah saatnya aku mengganti nomor ponselku," kata Rosé saat ia menerima sebuah pesan dari orang yang tak dikenal.
"Tak semua hal akan berjalan sesuai dengan keinginanmu, apa maksudnya pesan ini?" tanya Lisa setelah membaca pesan aneh tersebut.
Rosé mengangkat bahunya. Ia juga tidak mengerti maksud di balik pesan itu.
***
'Sansadong 151 hari jumat pukul 7 malam, jika kau ingin melihat kebenaran'.
Lagi-lagi sebuah pesan tak dikenal muncul di ponsel Rosé.
"Aku jadi penasaran," gumam Rosé.
Pesan itu bukanlah yang pertama. Hampir setiap hari Rosé menerima pesan dari nomor yang sama tapi saat Rosé balik menelepon, pemilik nomor tak pernah mau bicara.
Sebenarnya bisa saja Rosé mengabaikannya tapi entah mengapa hati kecilnya berkata lain. Ia merasa bahwa ia harus pergi, setidaknya ia harus memastikan bahwa pesan itu hanyalah pesan iseng.
***
Rosé berjalan terengah-engah sambil mendaki jalanan menanjak. Terbesit kekhawatiran di kepalanya, bagaimana kalau ada yang bermaksud menjebaknya?
Langkahnya kemudian terhenti di depan sebuah bangunan bertuliskan angka 151. Ia menghela napasnya sebelum kemudian hendak menekan bel.
Rosé menengadahkan kepalanya saat ia mendengar suara gaduh dari lantai atap. Ia bergerak perlahan-lahan agar suara langkahnya tak terdengar sampai kemudian ia berada di lantai rumah tersebut. Sebuah rumah atap yang tampak usang. Belum sempat melangkah ia sudah mendengar pintu rumah itu akan terbuka. Rosé kemudian bersembunyi di balik selimut yang sedang di jemur.
Seorang pria kemudian keluar dari rumah tersebut diikuti oleh seorang wanita muda di belakangnya. Mereka terdengar sedang berdebat dan Rosé pun menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya agar suara keterkejutannya tak didengar tapi sayang, angin berhembus cukup kencang hingga selimut itu terbang sebentar dan kemudian jatuh ke lantai. Tatapan matanya beradu dengan sang pria.
"Chaeyoung-ah," kata pria itu sama terkejutnya dengan Rosé.
Rosé melirik wanita muda yang berdiri di belakang Chanyeol. Perutnya sedikit berisi, mungkinkah?
"Chanyeol oppa, tolong katakan bahwa aku salah paham seperti yang biasa kau katakan," suara Rosé terdengar bergetar. Ia hampir tak mampu menyelesaikan kalimatnya.
Chanyeol tak mengucapkan sepatah katapun. Ia juga tak bergerak. Ia masih cukup terkejut dengan keberadaan Rosé.
"Siapa dia?" kata Rosé setelah ia tak tahan dengan kebisuan Chanyeol.
Chanyeol sadar bahwa ini adalah saatnya. Saat dimana ia harus menghadapi dan menjelaskan masalahnya pada Rosé.
Chanyeol mulai melangkahkan kakinya. Ia bergerak mendekati Rosé dan sudah akan membawanya pergi dari sana sampai kemudian,
"Aku hamil anak Chanyeol oppa, Park Chaeyoung,"
Langkah Rosé dan Chanyeol terhenti. Keduanya saling bertukar tatapan yang berbeda makna.
"Bawa aku pergi dari sini, kumohon," gumam Rosé pelan. Setidaknya ia tak boleh menangis di hadapan wanita muda itu.
***
Kini baik Chanyeol maupun Rosè telah berada di dalam mobil. Keduanya masih saling membisu. Chanyeol tidak tahu harus mulai menjelaskan dari mana. Semua terasa serba salah di kepalanya. Sedang Rosé diam karena ia tak ingin bertanya. Jawaban apapun hanya rasa sakit yang akan ia rasakan.
"Maafkan aku, Chaeyoung-ah, seharusnya aku tak pernah membawamu kembali jika aku hanya menyakitimu,"
"Jadi apa yang akan oppa lakukan?" Rosé menoleh menatap Chanyeol, "Apa oppa akan tetap bersamaku dan meninggalkan wanita itu dengan bayinya atau aku yang justru akan kehilanganmu?"
Chanyeol tak bisa menahan lelehan air matanya. Pria itu tahu seharusnya ia tak menangis tapi hatinya sama patahnya dengan Rosé, "maafkan aku, Chaeyoung-ah," hanya itu yang bisa Chanyeol katakan.
"TAK BISAKAH KAU MENGGUNAKAN UANGMU SEPERTI BIASANYA? YAK KUMOHON JANGAN DIAM SAJA. LAKUKAN SESUATU!!" teriak Rosé histeris, tangisannya akhirnya pecah memenuhi mobil Chanyeol.
Chanyeol hanya menatap kekasihnya. Ia tak bisa melakukan apapun untuk menenangkannya.
Rosé menghapus air matanya dan turun begitu saja dari mobil Chanyeol. Ia berjalan dengan langkah cepat kembali ke kediaman wanita yang sebelumnya bersama Chanyeol.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Chanyeol saat ia berhasil meraih lengan Rosé.
"Kalau oppa tidak bisa bertindak, biar aku yang melakukannya," kata Rosé sambil menepis tangan Chanyeol. Ia kembali mendaki tangga yang terjal.
Rosé mengetuk dengan kasar pintu rapuh di depannya. Ia tak berhenti mengetuk sampai wanita itu keluar.
"Yak, kau butuh berapa? Aku akan merawat bayimu seperti aku merawat anakku sendiri asal kau pergi dari kehidupan kami," kata Rosé segera setelah wanita itu keluar.
Bukannya menjawab, wanita itu justru menatap Rosé sambil tersenyum meremehkan, "apa kau pikir segalanya bisa kau beli dengan uang?"
"Lalu apa yang kau inginkan? Kau menjebaknya agar dapat hidup dengan nyaman bukan? Aku akan memberikannya !!"
"Percuma bicara denganmu, selesaikan saja hubungan kalian atau aku sendiri yang akan membongkar semuanya termasuk tabiat burukmu hari ini,"
Blamm
Pintu tertutup meninggalkan Rosé dengan kemarahannya. Ia juga tidak tahu kenapa ia bisa berkata kasar seperti itu terlebih keduanya sama-sama wanita. Yang Rosé tahu hanya ia tak ingin kehilangan kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
tvN Life Bar : EXO Chanyeol and Blackpink Rosé special ✔
FanfictionBREAKING NEWS : EXO Chanyeol and Blackpink Rosé Dilaporkan Akan Menikah. Kisah asmara bak cerita dalam fanfiction akan terwujud dalam kehidupan nyata!!