Jemput Lia

1.6K 83 1
                                    

'Meski bibirmu terus berkata tidak, namun hati mu tidak pernah salah rasa'







🍁Happy Reading🍁






Kriiingg... Kriiingg... Kriiingg...

Suara alarm itu berhasil mengganggu Rangga dari kenyamanan tidurnya. Rangga mencoba membuka matanya yang seakan masih ingin menikmati tidur.

Rangga mematikan jam wakeer setelah matanya sudah terbuka lebar meski tetap mengantuk.

04.30 itu yang Rangga liat dari jamnya, 'Hadehh... gara-gara dia gue jadi harus bangun sepagi ini.' Rangga mengeluh dalam hatinya. Ya, Rangga mengatur alarm di jam tersebut dia sengaja mengatur di jam tersebut agar tidak terlambat untuk menjemput Lia. Biasanya Rangga jam segitu hanya untuk sholat lalu dia kembali tidur lagi.

Tapi yang dirasakan Rangga kali ini sedikit berbeda, antara malas karena masih mengantuk atau malas karena nanti dia akan ke sekolah bersama Lia. Entahlah.

Rangga segera beranjak dari kasurnya untuk segera mandi, karena sebentar lagi adzan subuh akan berkumandang.

Selesai mandi, Rangga langsung bersiap untuk pergi ke masjid yang kebetulan tidak terlalu jauh dengan rumahnya.

Di perjalanan menuju masjid, Rangga bertemu dengan seorang teman rumahnya. Dulu ketika sekolah dasar mereka sering bermain bersama, tetapi sejak lulus dari sekolah dasar mereka sudah jarang bertemu karena berbeda sekolah.

"Woeee... Ranggaaa. Apa kabar?" sapa orang itu. Rangga menatap orang itu dengan serius, mencoba untuk mengingat apakah dirinya kenal dengan orang di sampingnya ini. "Parah udah lupa lu sama gua? Gue Rian, kita sd sering maen bareng." Rian mencoba membantu Rangga untuk mengingat.

"Oohhh.. Elu. Anaknya Tarno, kan?" ucap Rangga sambil tertawa.

"Anjir, giliran bapak gue aja inget lu" Rian menepuk pelan punggung Rangga. Memang seperti itu, teman yang sudah lama tidak bertemu pasti akan lupa dengan nama temannya sendiri. Tapi untuk melupakan nama orang tua dari teman kita itu adalah hal yang tidak boleh dilakukan. Memang aneh dunia pertemanan ini.

"Hahaha, inget lah kan dulu bokap lu sering di sebut-sebut, yakan?" Rangga masih asik dengan tawanya.

"Yeeee. Masih aja di inget. Oiya tumben lu ke masjid, biasanya juga sholat jumat doang ke masjid-nya." kali ini Rian yang mencoba untuk meledek Rangga. "Sotau lu. Emangnya gue kalo ke masjid harus ngomong ama lu?" ucap Rangga ketus.

Tanpa mereka berdua sadari, kini mereka sudah berada di depan masjid. Rangga masuk lebih dulu karena Rian belum mengambil air wudhu.

***

Jam 05.40, Rangga sudah bersiap untuk menjemput Lia, dirinya-pun sudah rapih lengkap dengan seragam sekolahnya.

Tapi satu masalah muncul ketika Rangga hendak berangkat. Mobilnya rusak. Rangga bingung harus bagaimana. Sebenarnya dia memiliki satu motor sport yang biasa dipakai untuk touring dengan Geri dan juga klub motornya. Tapi dia takut kalau Lia tidak akan suka jika naik motor.

Rangga masuk kembali ke dalam rumah untuk menemui Ayahnya, "Yah, mobil Rangga mesinnya gak mau nyala. Minjem mobil Ayah, ya?" ucap Rangga ke Ayahnya yg sedang sarapan. "Aduh gak bisa, nanti Ayah mau keluar kota, ada meeting." timpal Ayahnya.

"Kan ada motor, pake itu aja dulu. Nanti mobil kamu Ayah telponin orang bengkel deh buat benerin." sambung Ayahnya.

Ayah dan Mamanya belum tau kalau Rangga ingin berangkat sekolah bersama Lia. Rangga tidak memberi taunya karena akan ribet urusan kalau orangtuanya tau."Hmm... Yaudah deh, Rangga berangkat ya."

Ketua Osis ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang