Kebahagiaan (END)

1.3K 81 5
                                    

Selamat pagi untuk kalian yang membaca ini pagi hari
Selamat siang untuk kalian yang membaca ini siang hari
Selamat sore untuk kalian yang membaca ini sore hari
Selamat malam untuk kalian yang membaca ini malam hari

Maaf ya padahal janjinya Sabtu eh malah Minggu malem gini hehehe

Buat followers aku pasti udah baca pengumuman yang aku share hari Jumat, kalo belom baca coba baca dulu sebelum baca part ini jangan sampe ada yg protes setelah selesai baca

Buat yang belum follow coba follow dulu deh



















🍁HAPPY READING 🍁










'Kebahagiaan bukanlah akhir dari perjalanan hidup, melainkan awal untuk mencari kebahagiaan lainnya dalam hidup.'














Seperti yang Tasya bilang sebelumnya, dia sama sekali belum pernah berkunjung ke rumah temannya. Perkataannya itu terbukti saat dia sudah tiba di rumah Lia, Tasya bersikap sangat tidak biasa. Tasya tidak bisa berhenti memainkan jari-jarinya yang merupakan tanda bahwa dia sedang gugup.

Meskipun Tasya terkenal menyeramkan di sekolah, tapi siapa sangka Tasya akan seperti kucing rumahan saat di luar sekolah. Amel dan Tasya hampir ingin tertawa terbahak-bahak dihadapan Tasya.

"Bentar, ya. Gue mau panggil nyokap gue dulu," izin Lia setelah mempersilahkan Tasya duduk. Soal Amel, Lia tidak perlu repot-repot lagi menyuruhnya duduk.

Lia beranjak dari ruang tamu untuk mencari keberadaan Ibunya, kebetulan Ibunya sedang tidak bekerja hari ini. Tapi sebelum itu, Lia lebih dulu ke dapur dan meminta Bi Minah untuk membuatkan Amel dan Tasya minum.

"Mel, gak tau malu banget lo!" sindir Tasya. Dia melihat Amel yang seenaknya mengambil camilan yang ada di meja.

"Kak Tasya mau? Nih ...." Bukannya mendengarkan apa yang Tasya katakan, Amel malah menawarkan camilan yang sedang dia makan ke Tasya.

"Gak!" tolak Tasya kesal.

Tak lama dari itu, Ramayanti menampakkan batang hidungnya di ruang tamu. Dia sedikit terkejut melihat keberadaan Tasya, karena biasanya yang Lia bawa ke rumah hanya Amel seorang. Rangga juga akhir-akhir ini.

"Tuh, kan Amel lagi, Amel lagi. Bosen Mama," ujar Ramayanti, dia langsung duduk. "Kayaknya Tante baru liat kamu, namanya siapa?" tanya Ramayanti ke Tasya.

"Tasya, Tan," jawab Tasya sopan dia juga mencium punggung tangan Ramayanti.

"Nah, ini baru namanya anak sopan. Gak seperti orang yang di sebelah kamu tuh," sindir Ramayanti.

Amel yang merasa tersindir langsung meniru apa yang Tasya lakukan tadi. "Lupa, Mam."

"Alah, kamu masih muda lupa terus."

"Gue kira, Kak Tasya gak bisa sopan," bisik Amel ke Tasya. Amel langsung mendapat cubitan di bagian pahanya dari Tasya.

"Kamu teman satu kelas Lia juga?" tanya Ramayanti ke Tasya.

"A-aa ... enggak, Tan. Aku kelas tiga, sebentar lagi lulus."

"Ohh, gitu. Mau masuk jurusan apa?"

"Niatnya sih mau ambil jurusan Sastra Inggris. Tapi, gak tau deh."

"Gimana sih kamu."

"Ya, aku sendiri sih emang niatnya kesana. Tapi, aku masih ngerasa kalo kemampuan Bahasa Inggris aku masih belum cukup," ungkap Tasya.

Ketua Osis ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang