°Dua Puluh Tiga°

345 25 0
                                    

Song:{The Vamps} Somebody to you.

Hoalah jarang banget up yaa?

Ada yang nungguin gak?

|
|
|
|
|
|

"Izinkan gue untuk masuk ke dunia nyata lo. Bukan sekedar dunia halu lo saja."

"HAN. Gue boleh tanya sesuatu sama lo?"

Hanle yang saat itu masih fokus menyetir, hanya menjawab pertanyaan Novi dengan gumam.

Novi menghela nafas sejenak. "Dyla mantan lo?"

Novi melihat perubahan ekspresi Hanle, yang saat itu langsung termenung. Saat dia melontarkan pertanyaan tentang Dyla.

"Maaf.." Novi merasa bersalah. Saat menanyakan tentang Dyla.

Namun Hanle belum merespon pertanyan dari Novi. Pria itu tampaknya sedang memikirkan sesuatu. Melihat perubahan raut wajah Hanle, membuat Novi merasa sangat menyesal. Karna menanyakan pertanyaan tersebut.

Beberapa detik kemudian keduanya canggung kembali. Novi yang saat itu masih memfokuskan pandanganya ke depan. Sementara pria yang ada di samping nya, masih asik menyetir.

Ucapan Sania masih terbayang-bayang di fikiran Novi. Bukanya Novi merasa kepo. Tetapi, aneh saja mengapa Hanle tiba-tiba merasa seperti ini setelah kepergian Dyla? sudah lah Novi tidak terlalu memikirkanya.

Dan akhirnya mobil Hanle sudah tepat berhenti di halaman kafe. Pria itu mematikan mesin mobilnya, dan mengambil kunci tersebut. Lalu membuka savetybelt nya, kemudian pria itu membuka pintu mobil sport itu. Hanle hendak membukanya, akan tetapi tiba-tiba saja dia menoleh ke arah Novi. Yang masih melamun.

"Turun."

Hanle sudah membuka pintu mobil tersebut. Pria itu hendak menurunkan satu langkah kakinya. Namun, dia tersadar bahwa Novi dari tadi hanya melamun.

"Ehh." Raut wajah Novi berubah seketika. Saat Hanle mencoba untuk melepaskan savetybelt nya, namun pria itu masih tidak merespon Novi. Dan dia masih melanjutkan untuk membuka savetybelt.

Deg!

Novi dan Hanle saling bertatap, saat pria itu sudah melepaskan savetybelt yang tadi sempat terpasang di tubuh mungil Novi.

Kenapa setiap sekali saja Novi bertatapan dengan Hanle, selalu saja seperti ini. Sebenarnya perasaan apakah ini.

Akhirnya pria itu duluan yang mengalihkan tatapan. Hanle segera kembali ke posisinya semula, dan turun dari mobil nya begitu pula dengan Novi.

Gadis itu mengekor di belakang Hanle yang sekarang sudah berada di depanya. Hanle mendorong pintu kafe tersebut di susul dengan Novi, dan akhirnya Hanle duduk di kursi pojok  sementara Novi duduk di hadapanya.

Entahlah apa yang ingin pria ini bicarakan. Sampai-sampai pake acara ke kafe segala, padahal kan cuma bicara. Bukan masalah duit nya jugaa. Tapi kan, buat apaan. Toh, cuma ingin berbicara saja harus ke kafe segala, mendingan di sekolah aja tadi.

Suara alunan musik jazz dan juga para orang berbincang terdengar sangat jelas. Sejak tadi, Novi masih asik saja menyapu seluruh pengunjung kafe dengan pandanganya. Sebenarnya sejak tadi, Hanle ingin memesan untuk dirinya dan juga Novi. Akan tetapi antrian untuk memesan sangat lah ramai. Katanya dia sih 'Ntar dulu mesen nya. Takutnya nanti pada minta potbar sama gue.' sudah lah orang ganteng mah bebas.

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang