°Tiga Puluh Lima°

239 11 0
                                    

Song: {Alan Walker, Ava max} Alone.

"Kita hanya bisa menerima nya dengan lapang dada karna kita di sini di perankan oleh tuhan, semuanya tuhan yang mainkan kamu sakit, kamu sehat, kamu ceria, kamu sedang jatuh cinta tapi jika suatu saat tuhan mengambil semua nya kita bisa apa? Mau nangis, teriak, ketawa hambar kalo tuhan udah berkehendak yaudah gak ada yang bisa ngelawan nya"


Hanle Dirgantara...

Pria itu kini mengendarai mobil nya dengan kecepatan yang tak biasa, masa bodo meskipun banyak orang yang mengumpat nya. Hanle harus menemui Novi yang kini masih menunggu nya di taman, Hanle jadi merasa bersalah dengan Novi.

Semua ini gara-gara dia gak pernah mau jujur dengan yang sebenarnya, meskipun kini jam sudah menunjukam pukul 21.00 Hanle tetap kukuh pada pendirian nya. Bahwa Novi masih ada di sana meskipun janji mereka sudah lewat beberapa jam yang lalu.

Hanle menepikan mobil nya dan turun, kini pria itu melangkahkan kakinya untuk mencari tau apakah kekasih nya ada di sini sumpah Hanle sangat khawatir.

Namun saat Hanle sudah mencari nya di seluruh penjuru taman, tak ada satu orang pun hanya ada beberapa suara binatang di malam hari. Hanle menjambak-jambak rambut nya sendiri saat tak menemukan ke beradaan Novi.

Hanle kembali masuk ke dalam mobil nya dan tujuan nya kini ke rumah Novi untuk memberitahu yang sebenar nya, saat mobil Hanle tiba di perkarangan rumah Novi langsung saja pria itu menekan-nekan bel rumah Novi.

Rintikan hujan sudah mulai turun namun Novi juga belum membukakan pintu rumah nya. Kemana sebenarnya gadis itu? sudah 15 kali Hanle menekan bel rumah nya si empu nya belum menunjukan wajah.

Hanle perlahan-lahan mundur dari pintu Novi, dan kini tubuh pria itu sudah basah akibat hujan.

"Novi! Gue mohon lo keluar sekarang!" Hanle berteriak di tengah-tengah hujan.

"Claura Novia, maafin gue. Novi!" sekali lagi Hanle berteriak meskipun sang empu nya itu belum juga nongol.

"Gue minta maaf, kalo tadi gue ingkar janji sama lo. Gue gak berniat ngelakuin semua itu Nov!"

Ceklek!

Salah satu penghuni rumah keluar dan menampakan sosok Novi dengan wajah yang raut-rautan, langsung saja Hanle menyambar gadis itu dengan pelukan nya namun bukan nya mendapat perlakuan yang sebalik nya. Novi malah mendorong nya sehingga pria itu kini bertemu lagi dengan rintik hujan.

"No-"

"Stop!" potong Novi cepat seraya memajukan salah satu tangan nya. "Kemana aja lo?"

"Rumah sakit." Hanle menatap sendu manik mata Novi, yang kini pandangan nya fokus ke arah lain.

"Oh." Novi tersenyum kecut.

"Gue tadi ke rumah sakit, karna Bunda nya Maura telfon gue u-"

"Gue gak masalah, kalau lo temenin dia sampai dua abad pun. Gue gak masalah, tapi di sini yang pengen gua ucapin sama lo. Kenapa lo bisa segampang itu tarik ulur perasaan orang? Kenapa dari awal lo gak ngabarin gue kalo pada akhir nya lo gak dateng. HANLE DIRGANTARA!"

Novi berusaha menahan gejolak hati nya, meskipun di dalam hati nya telah menahan cemburu yang ia tutupi.

"Maaf..,"cicit Hanle sambil menarik Novi dalam dekapan nya, meskipun kali ini gadis itu tak mendorong nya.

"Gue tau gue salah. Gue bingung Nov, sangat bingung. Di sisi lain Maura adik dari sahabat gue yang paling gue cintai. Tapi di sisi lain, gue juga cinta sama lo. Gue gak bisa ngelepasin kalian berdua begitu aja Nov." Hanle membingkai wajah Novi, meskipun sekarang gadis itu menahan tangis.

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang