°Empat Puluh Tujuh°

248 10 0
                                    

PAGI hari ini Novi mengawali hari-hari nya seperti biasa saat langkah kakinya sudah menginjak halaman sekolah. Gadis itu melihat seorang pria yang berjalan mendekat ke padaanya, namun Novi tak menghiraukannya. Justru gadis itu malah semakin mempercepat langkahnya Novi tak tau ada apa dengan perasaanya saat ini. Jujur, sebenarnya Novi merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya.

"Nov," panggil pria itu dengan suara lembutnya seraya menghadang jalan Novi, membuat sang gadis itu membuang tatapannya ke arah lain.

"Ntar sore, kita latihan di cafe." Ucapnya lagi seraya memandang manik mata yang ada di hadapannya, tapi yang di tatap itu justru tak sedikit pun membalasnya.

Rasanya baru kemarin-kemarin mereka sempat ceria kembali. Tetapi, kenapa sekarang Novi saling mendiamkan seperti ini? Apakah Novi masih membenci Hanle akan tingkahnya pada hari itu.

Terus untuk apa dia kembali sekarang? Kemarin pergi kemana aja sesudah memberi luka yang amat dalam bagi Novi.

"Terserah." Novi kembali berjalan dan melewati Hanle begitu saja. Namun, lagi-lagi tangan seseorang menyodorkan sebuah benda berbentuk persegi kepada Novi. Benda itu adalah sebuah susu kotak rasa strawberry, itu adalah susu kesukaan Novi.

Novi mendongak, menatap pemilik tangan yang baru saja menyodorkan sebuah susu kotak kepadanya. Aneh sekali, kenapa pria yang ada di hadapannya ini bisa tau jika Novi menyukai susu rasa strawberry.

"Buat lo," jedanya seraya mengambil salah satu tangan Novi dan menaruh susu kotak tersebut di tangan gadis itu. "Ambil, gak usah nolak."

Sebelah alis Novi terangkat. "Kenapa kasih gue?"

"Anggap aja, ucapan rasa terimakasih gue sama lo. Karna waktu itu lo mau nyembuhin luka gue, dari laki-laki brengsek yang ada di belakang lo." Tau kan siapa pemilik suara ini? Dia adalah Adit, entah kenapa sekarang kedua pria itu selalu saja ada di samping Novi.

Novi terdiam sejenak, apakah Hanle masih berdiri di tempatnya? Kenapa pria itu gak beranjak dari sana. Padahal kan tadi Novi sudah pergi meninggalkannya, kenapa Hanle tak kunjung pergi juga.

"Lo masih, berhubungan sama pria brengsek. Yang ada di belakang lo ini?" tanya Adit seraya tersenyum mengejek pada Hanle, sedangkan di sini Novi gak tau harus berbuat apa jangan sampai ntar keduanya malah jadi ribut.

Hanle maju mendekat, kini pria berlesung itu berdiri tepat di samping Novi dan salah satu tangan pria itu ia gunakan untuk merangkul Novi. Seakan-akan di sini Novi adalah miliknya, tak boleh ada yang menyentuhnya sedikit pun.

"Maksud lo?" tanya Hanle balik, dan Novi yang sedari tadi di rangkul seperti ini ingin segera terbebas dari lengan Hanle. Lengan yang tadinya di gunakan untuk tempat bersandar Novi, kini menjadi lengan yang amat menyakitkan untuk Novi.

"Han. Lepas! Gue mau masuk kelas," Novi terus saja meronta-ronta, agar Hanle mau melepaskan rangkulan tangannya.

"Bisa gak, tangan lo lepas dari tangan dia." Adit melangkah maju, kemudian pria itu berusaha untuk memaksa Hanle agar melepaskan rangkulan itu dari tengkuk Novi.

"Punya hak apa lo sama dia?" Hanle tersenyum sinis, seraya merangkul Novi dengan posesif. Membuat nafas Novi hampir sesak.

"Lepas goblok! Lo budeg atau gimana si? Lo rangkul dia terlalu kencang." Protes Adit, seraya berusaha untuk melepaskan lengan Hanle yang melilit di tengkuk Novi.

Hanle semakin mendekatkan tubuh Novi di sampingnya, sungguh sekarang Hanle sangatlah posesif pada Novi. "Mending lo cabut."

"Ingat, masalah kita berdua belum selesai!" ucap Adit pada akhirnya, selepas itu dia pergi meninggalkan Hanle dan juga Novi. Jika dia akan terus melanjutkan perdebatan tersebut, itu akan membuat Novi semakin tersiksa karna Hanle merangkulnya semakin erat. Maka dari itu lebih baik Adit mengalah.

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang