°Dua Puluh Tujuh°

335 21 0
                                    


Vote dulu gais sebelum baca ya!

Biar aku semangat awokwok.

Happy reading :)

|
|
|
|
|
|
|
|

Song: {Rosa} Jangan hilangkan dia.

MEMBAWA setumpuk buku, dan juga lembaran kertas. Novi sangat keberatan sekali. Jika saja tadi pagi dia tidak tertidur di kelas, pasti dia tidak akan mendapat hukuman seperti ini dari Pak Ardhan. Guru yang sangat menyebalkan, guru itu kalo ngasih hukuman bertumpuk-tumpuk. Ini sih belum seberapa, masih ada satu hukuman lagi yang menanti Novi. Huuh, coba saja tadi malam Novi tidak menonton Anime. Pasti dia tidak akan tertidur di kelas.

Setelah menaruh tumpukan buku, dan beberapa lembaran kertas yang sangat tebal. Ardhan masih memberikan hukuman berikut nya kepada Novi. Guru separuh baya itu menatap Novi, sambil bertopang dagu.

"Sekarang. Kamu bagikan dua tumpuk ulangan ini, ke kelas 10 IPA 1. Dan sekalian bagikan," jeda Ardhan sebentar, sambil mengambil satu tumpukan ulangan dari meja yang ada di samping nya. "Ini. Sekalian bagikan, ke kelas 11 IPS 1."

Ucap Ardhan dengan tegas, sambil menyerahkan ketiga tumpukan kertas tebal yang lumayan banyak. Kemudian guru itu menyeruput kopinya yang tertaruh manis di atas meja.

Enak sekali ya dia tinggal duduk manis, minum kopi. Sementara Novi yang harus membagikan ulanganya? Mending si kalo suruh bagikan di kelas yang ruangan nya samping-sampingan. Lah ini? Novi harus berpindah gedung dulu untuk membagikan tiga tumpuk ulangan tersebut. belum lagi naik tangga untuk ke kalas 10 IPA 1. Dan turun tangga lagi untuk pindah gedung ke kelas 11 IPS 1. Harus naik tangga lagi, Ardhan sungguh menyebalkan.

Novi menerima tiga tumpukan kertas tebal tersebut. Mencium punggung tangan Ardhan, dan keluar dari ruangan guru.

Dan akhirnya Novi sudah menaiki anak tangga kelas 10 IPA 1 kelas tersebut terletak di lantai dua. Sesudah dirinya tiba di sana, kelas itu terasa sangat sunyi. Pintu kelas tersebut juga di tutup. Karna masih ada guru yang menerangkan materi. Novi pun, dengan sopan mengetuk pintu itu. membuat sang guru yang sedang menjelaskan dan juga murid menoleh ke ambang pintu. Novi sempat bertatap mata dengan Maura, tatapan Maura seakan-akan tak suka dengan Novi.

Novi pun mengucapkan permisi terlebih dahulu ke pada guru tersebut. Kemudian melangkahkan kakinya ke dalam ruangan yang tentram.

"Bu, ini dari Pak Ardhan," Novi berjalan menuju meja guru dan menaruh dua tumpukan kertas itu di atas meja nan indah itu.

Guru itu pun tersenyum kepada Novi, dan ia juga tak lupa mengucapkan terimakasih. Sebelum Novi benar-benar beranjak dari ruangan ini, dirinya terlebih dahulu mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. Kemudian keluar dari kelas tersebut.

Terbesit dalam ingatan Novi mengapa Maura memandangnya seolah-olah itu tatapan kebencian. Apa jangan-jangan dia tidak suka dengan hubungan Novi dan Hanle? Ah tidak-tidak, mungkin saja gadis itu masih sedikit kesel akibat kemarin Novi sedikit mencibirnya di perpustakaan. Salah Maura sendiri si.

Derap langkah Novi menuruni anak tangga satu persatu. Tangan kirinya masih setia memeggang satu tumpuk kertas yang lumayan tebal. Ohh ya Novi baru ingat. Bahwa, almamater Hanle ada di dirinya, duh kenapa Novi bisa pikun si.

Novi dengan senang menaiki anak tangga untuk menuju gedung kelas anak IPS. Yah gedung ini memang khusus untuk anak IPS. Karna, di sekolah Star Antariksa ini sangat lah bagus. Tak jarang banyak murid yang ingin masuk ke sekolah ini.

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang