°Enam°

480 24 0
                                    

Song: {Isak Danielson} Always.

Lo itu sedikit menyebal kan. entah mengapa, semakin lama gue semakin nyaman sama lo.

SETELAH beberapa lamanya mengajar MPLS akhirnya Novi bisa juga kembali ke kelas nya, sekarang dikelas Novi sepi karna sekarang jam istirahat dan banyak beberapa murid yang lebih memilih pergi ke kantin.

"Fyuh cape banget si," ucapnya sambil menyeka keringat yang membasahi keningnya.

Kemudian Novi menempelkan kepalanya di meja, ia memilih untuk beristirahat sejenak karna lelah mengajar MPLS.

***

Hanle berjalan melewati koridor-koridor kelas, dirinya hari ini sangat di sibukan oleh beberapa tugas di sekolah nya. Kini Hanle memilih pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sedari tadi sedang berkonser.

Setelah tiba di kantin, Hanle memesan satu porsi bakso kepada ibu-ibu kantin. Setelah ia selesai memesan, ia pun duduk di tempat makan paling pojok.

Kemudian tangannya merogoh saku miliknya, lalu mengambil benda pipih itu setelah mengambilnya, Hanle memiringkan handpone nya untuk bermain game kesayangannya.

Ibu-ibu penjual bakso itu datang kemudian menaruh semangkuk bakso itu ke Hanle sambil tersenyum. Dan  Hanle mem pause kan game nya sebentra, seraya mengalihkan tatapannya dari ponsel kemudian menoleh ke ibu-ibu kantin itu sambil tersenyum tipis.

Setelah menaruh pesanan Hanle, ibu-ibu kantin tersebut meninggalkannya untuk melayani pelanggan-pelanggan lainnya. Kemudian Hanle menyantap bakso yang ada di hadapannya karna sudah sangat lapar.

"Hallo Kak," seorang gadis datang lalu ia duduk di hadapan Hanle. Karak mereka tepisah, karna ada sebuah meja yang menghalangi mereka.

Hanle menghentikan aktifitas makannya, kemudian menatap gadis itu dengan sekilas tanpa menjawab sapaan gadis itu. Lalu mengalihkan tatapannya ke mangkuk bakso lagi ia rasa lebih baik ia menatap baksonya. Ketimbang ia menatap gadis di hadapannya. dan ia memilih melanjutkan kembali memakan baksonya yang tadi tertunda.

"Kak kok tadi Kak Hanle pas di kelas, gak mau pasangan sama aku," adu gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya.

Namun Hanle hanya fokus sambil menatap semangkuk bakso miliknya tidak memperdulikan gadis yang sedang berbicara di hadapannya ini.

"Oh ya kak, kak Hanle belom tau nama aku kan? Nama aku Maura Kineva. Panggil aja aku Maura." ucapnya dengan sangat antusias, tapi Hanle tak menjawab ucapann tersebut. Pria berlesung itu hanya menanggapinya dengan menaikan sebelah alisnya, seraya memakan baksonya.

Percuma saja Maura bertanya pada Hanle, palingan Hanle tetap menjawabnya dengan kalimat-kalimat dinginnya. Atau, bisa jadi pria itu tak menjawab sama sekali perkataan Maura.

Setelah selesai memakan baksonya Hanle beringsut dari kursi, kemudian menuju warung penjual bakso untuk membayar pesanan.

Tiba-tiba saja Maura mencekal tangan Hanle, lantas itu membuat Hanle membalikan badannya lalu menepis tangan Maura dengan sedikit kencang.

"Kak aku kan mau bica-"

"Lo bisa gak si? Lepasin gue," potong Hanle dengan cepat, Hanle tidak mau berbasa basi dengan Maura karna baginya itu sungguh merepotkan. Sejak tadi Maura selalu mengganggunya ini dan itu.

Setelah membayar pesanan, Hanle berjalan menuju keluar kantin untuk menuju ke kelasnya. Lebih baik ia membaca buku di kelas dari pada ia harus berlama-lama di kantin membuatnya menjadi bahan tontonan oleh kaum hawa yang menyukainya. Padahal Hanle masuk sekolah niatnya untuk belajar bukannya untuk numpang tenar.

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang