°Lima Puluh Enam°

240 10 0
                                    

SELURUH tubuh Hanle sudah di penuhi oleh beberapa alat medis, pria itu hanya bisa menahan semua rasa sakit akibat alat yang menusuk di bagian tubuhnya. Bahkan sekarang kondisi pria itu masih setengah sadar, samar-samar ia dapat mendengar beberapa tim medis sedang mencoba untuk menanganinya.

Mesin EKG di sampingnya mampu Hanle dengar, sudah beberapa tahun ini Hanle melawan semua penyakit yang ada di tubuhnya.

"Dok, jantung pasien semakin melemah!" Hanle juga bisa sedikit mendengar suara perawat menyebutkan kalimatnya.

Dengan cepat sang dokter mulai menangani tubuh Hanle, pria itu merasakan lengannya seperti di tusuk jarum dan beberapa detik kemudian pria itu tak sadarkan diri karna sang dokter sudah menyuntikannya obat bius pada tubuhnya.

Sebenarnya hari ini adalah hari pernikahan sang kakak, tadi Hanle juga sempat berbohong kepada sang bunda bahwa ia ada acara sebentar di campusnya. Dan pria itu juga bilang nanti akan segera menyusul ke acara pernikahan sang kakak, sekarang yang mengetahui keberadaannya di sini hanya Andi. Pria itulah yang mengantarkan Hanle ke sini, bagaimanapun juga Andi masih memiliki rasa iba pada Hanle. Terlebih lagi pria itu hanya membertahu penyakitnya pada Andi.

Andi yang saat itu masih memeggang tuxedo Hanle, Andi hannya mampu menatap Hanle di balik pintu kaca jendela tersebut. Andi sudah sangat tak tega dengan keadaan Hanle, ingin sekali ia memberitahu pada keluarga Hanle. Tapi mengingat ia sudah berjanji pada Hanle.

"Saya yakin, pasti kamu kuat Han."

***

Suara riuh tepukan terdengar sangat ramai di dalam gedung milik keluarga Dirgantara saat Rehan memakaikan cincin di jari manis Tania. Semua orang menatap kagum pada kedua pasangan pengantin baru itu.

Tania dan Rehan sudah terlebih dahulu menyelesaikan kuliahnya, tapi berbeda dengan Novi, gadis itu akan melanjutkan kembali kuliahnya pasalnya. Menjadi dokter kuliahnya sangatlah lama tapi nanti Novi juga bisa menikmati hasilnya. Sementara Hanle? Rencananya pria itu akan melanjutkan kembali kuliahnya di London, dan akan berangkat pada lusa yang akan datang.

Tapi sedari tadi Novi tak dapat melihat kehadiran sang kekasih, biasanya Hanle jika ada urusan pria itu akan terlebih dahulu mengabari Novi.

"Claura, kamu kenapa diem aja?" satu tepukan di bahunya berhasil menyadarkan lamunan Novi.

Novi menoleh mendapati Sania yang masih memandangnya heran. "Hmm Bun, Hanle kemana ya? Dari tadi Claura belum ngelihat dia?"

"Tadi pagi dia sempat izin sama Bunda, katanya masih ada urusan sama teman-teman kuliahnya. Hanle juga mau ngebahas tentang kepergiannya ke London sama teman-temannya."

Novi mengangguk, "Tapi, sekarang Bunda udah coba ngabarin dia?"

"Udah, tapi belum dapet respon sama sekali dari Hanle. Mungkin dia masih begitu sibuk, sejujurnya Bunda sedih kalo Hanle gak bisa dateng ke acara pernikahan kakaknya."

"Coba Claura telfon dulu ya Bun," kata Novi dan Sania mengangguk.

Novi menjauh sebentar dari Sania, gadis itu hendak menelfon nomer sang kekasih yang tadi sempat belum mendapat kabar.

"Angkat dong Han," Novi menggigit bibir bawahnya, gadis itu berharap Hanle akan mengangkat panggilan telfonnya.

1 kali.

2 kali.

3 kali.

4 kali.

5 kali.

"Nomer yang anda tuju sedang tidak dapat di hubungi, cobalah beberapa saat lagi."

Beberapa kali Novi menelfon, yang gadis itu dengar hanyalah suara oprator.

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang