°Dua Puluh Sembilan°

307 22 0
                                    

Santai gais santai bacanya pelan-pelan aja woi. Ntar kalo cepat-cepat bacanya gak kerasa awokwok.

Hayoo jangan lupa vote ya vote :)

Vote okee kalian kan baik hehe.

Happy reading!

Song: {Ed Sheeran} Thingking Out Loud.

·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·

NOVI tampak terkejut saat dirinya baru saja melihat Darmi, yang sudah terjatuh. Seeraya berusaha, membersihkan piring yang sudah terlihat berserakan itu.

Dan juga Novi mendengar suara bentakan kasar dari bawah sana. Dengan langkah cepat, Novi menuruni anak tangga. Saat dirinya tiba di bawah, seorang wanita yang usianya sudah tidak muda lagi terlihat duduk di sofa sambil bersilang dada.

Novi pun hanya menggeleng saat sang Dendra-Omah-Novi. Tiba di rumah nya, memang seperti ini watak Dendra, selalu membentak yang lebih rendah.

Novi yang masih melekatkan pakaian malamnya, membantu Darmi untuk bangun, dan membiarkan Novi yang membersihkan pecahan piring yang berserakan itu. Novi tau bahwa sekarang jam nya untuk seluruh pekerja di rumah Novi harus beristirahat. Terlebih lagi sekarang jam sudah menunjukan pukul 23.00.

"Novi apa-apaan kamu! Sana masuk ke dalam. Biarkan pembantu ini yang membereskan piring pecah itu!" bentak sang Omah dengan penuh amarah.

Kemudian si pembantu tersebut mengambil alih membersihkan pecahan piring. "Gak usah non. Biar saya aja yang beresin, non istirahat saja."

Novi memandang Darmi dengan sangat iba. Bahkan, Novi saja tidak pernah memperlakukan Darmi seperti ini. Malah gadis itu, memperlakukan Darmi layaknya keluarga sendiri.

Seusai Darmi membersihkan pecahan piring itu. Dirinya pamit untuk beristirahat, Novi pun mengizinkan wanita paruh baya tersebut.

Namun, belum sempat kaki sang pembantu itu melangkah masuk ke kamar. Dirinya sudah mendapat panggilan lagi. "Mau ngapain kamu?!"

Darmi berbalik dan memandang sang Nenek tua itu. "Tidur nyonya."

"Enak banget kamu ya! Sekarang keluar cepat! bersihkan pagar yang ada di depan, cepat!" bentak Dendra dengan nada yang sudah mencapai 3 Oktaf.

Novi merasa sangat jengah jika Dendra disini, Omahnya selalu saja seperti itu tidak pernah berubah.

Baru saja Darmi ingin berjalan lagi untuk membersihkan pagar. Novi menahanya, gadis itu kini menatap sang Omah yang sedang duduk di sofa itu. "Tapi, maaf Omah. Aku gak bisa izinin Bik Darmi, untuk membersihkan pagar. Karna ini sudah malem Omah. Dan ini adalah jam istirahatnya Bik Darmi."

Sang Omah merasa sangat tak terima jika sang Cucu berbicara seperti itu kepadanya. "Tidak bisa Novi, nanti pembantu itu malah kelewat manja!"

"Maaf Omah. Tapi, aku gak bisa." Novi menyuruh Darmi untuk segera masuk ke kamarnya. Namun, pembantu itu malah memilih untuk membersihkan pagar.

"Gak papa kok non, saya bersihkan pagar saja. Lagian saya juga belum ngantuk," ujar nya sambil berjalan melewati Novi dan juga sang Omah.

"Bik Darmi masuk. Atau saya bilang Bunda, suruh pecat Bibi." Novi merasa sangat emosi sekarang.

Novi hanya tak ingin para pekerja di rumah nya ini merasa ke walahan akibat semua pekerjaanya. Dan Novi juga punya sikap kemanusiaan tak memaksakan, para pekerja rumah nya untuk bekerja secara terus menerus.

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang