°Empat Puluh Dua°

246 10 0
                                    

Vote gais!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote gais!


SUARA ketukan sepatu itu terus terdengar di seluruh penjuru bandara Sokerno Hatta. Seorang gadis yang baru saja pulang dari negri Jepang karna sudah beberapa minggu ini menjalankan tugas Olimpiade di sana akhirnya kembali ke tanah air. Gadis itu adalah Tania Pricilla, dia meraih juara ke tiga dari 120 peserta di berbagai negara. Di temani oleh sang guru Fiska bernama Ria, yang selalu menemani nya saat Tania mengikuti kegiatan Olimpiade tersebut.


"Tania, orangtua mu sudah menjeput?" tanya Ria, seraya menghentikan langkahnya dan ia menurunkan gagang kopernya yang sedikit tinggi.

Tania juga ikut menghentikan langkahnya, kemudian gadis itu mengangkat salah satu tangannya untuk melihat jam yang sudah melingkari di pergelangan tangan. Jam tersebut menunjukan pukul 18.00 yang artinya 5 menit lagi ke dua orang tuanya akan menjemput.

"Hmm, kayaknya sebentar lagi deh Bu, memangnya ibu sudah di jemput?" Tania menoleh pada Ria, yang kelihatan nya tadi sedang menurunkan gagang kopernya itu.

"Iya, tuh suami saya." Tunjuknya pada pria yang sudah berdiri jauh di hadapan mereka berdua sambil melambaikan tangan nya, dan perlahan-lahan pria itu berjalan mendekat ke arah mereka berdua.

"Ini anak didik kamu, yang ikut Olimpiade?" tanya suami Ria saat sudah sampai di hadapan mereka berdua, dengan nada ramah. Kemudian Tania pun menyalimi tangan pria paruh baya itu

"Iya Pak."

"Yasudah, kalo begitu kami berdua pulang dulu ya. Kamu di sini juga hati-hati Tania," tutur Ria dan membuat Tania tersenyum manis, setelah itu gadis tersebut mencium punggung tangan Ria.

"Iya, Bapak sama Ibu juga hati-hati ya," Tania mulai melambaikan tangannya kepada sepasang paruh baya itu.

Mereka berdua tersenyum dan kini mereka sudah meninggalkan Tania yang masih menunggu jemputan ke dua orang tua nya.

Drrt!

Tania menghela nafas sejenak lalu gadis itu mulai merogoh tas kecilnya untuk mengambil ponsel yang berdering itu. Kemudian di tempel nya ponsel itu di hadapan telinganya.

"Hallo."

"...."

"Iya gue baru pulang. Kenapa?"

"..."

"Oke, jam delapan gue tunggu lo di cafe."

"..."

"Yau-"

Tut!

Tania mendesah pelan saat telfon nya di putus sepihak. "Hih, Si pe'a!"

***

"Kemana si itu tadi rekamaan, kok bisa ilang?!"

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang