°Lima Puluh Tiga°

240 6 4
                                    

SANG plaku tersebut mulai menarik penutup wajahnya ke atas, dan kini terlihat jelas di mata Novi siapa pelaku tersebut.

Aliran darah yang ada di tubuh Novi terhenti seketika, saat melihat wajah asli pelaku yang menculiknya dan yang sudah membawanya ke hutan.

"Adit?" Novi terkejut sangat terkejut. Saat melihat sosok di balik penutup wajah yang sebenarnya.

Ada apa ini? Mengapa seperti ini? Mengapa banyak sekali orang yang iri dan juga benci dengan Novi, padahal selama ini gadis itu tak pernah mencari masalah dengan orang lain. Apakah ia selama ini bersikap dingin dengan orang lain itu salah? Novi hanya ingin kehidupannya sepi dan damai. Gadis itu tak suka sekali yang namanya kebisingan atau sejenisnya.

"Kenapa? Kaget?" Adit tertawa sinis. "Ya, wajar si lo kaget. Gimana permainan gue kali ini? Menarik banget 'kan? Ke hutan lagi bawanya."

Adit meraih dagu Novi dengan kedua jarinya sekarang pria itu bisa menatap wajah indah Novi secara dekat, "Oh ya, satu fakta lagi yang belum lo tau, gue dan Maura sepakat buat habisin lo. Itu rencana gue sama dia, alasan gue pengen habisin lo karna," jedanya seraya menatap bibir merah Novi dan kedua mata gadis itu secara bergantian. "Mau tau gak kelanjutannya?"

"Lepasin gue!" namun gadis itu semakin memberontak.

"Gak bisa gitu, karna tujuan gue kesini mau habisin lo. Rencana ini udah gue rancang dari sekian lama, ya masa gue batalin gitu aja rencana gue. Sayang dong," Adit semakin mencengkram dagu gadis itu kuat-kuat. "Tutup mata lo! Gue mau habisin lo sekarang juga."

"Please jangan...," Novi mulai melemas saat pisau tajam itu sudah menyayat salah satu pipinya yang belum tergores.

"Seorang Claura Novia memohon sama gue? Ini kuping gue yang salah denger atau apa?" Adit tertawa jahat. "Permohonan lo itu gak bakal gue wujudkan. Dengar, pasang kuping lo lebar-lebar, gue suka sama lo Claura Novia, tapi kenapa lo gak pernah mau balas perasaan gue. Lo juga bego si, kenapa lo balik sama Hanle lagi yang jelas-jelas udah nyakitin lo? Jujur gue kasihan saat lihat kondisi lo terpuruk saat itu juga gara-gara Hanle Dirgantara. Gue pikir lo gak akan balik lagi ke dia saat dia udah nyakitin perasaan lo! Tapi ternyata, dugaan gue salah ya? Lo malah lebih memilih pria bajingan itu ketimbang gue!"

"Yang bajingan itu lo! Bukan Hanle, lo gak tau apa-apa tentang dia! Justru dia yang udah nyelamatin gue dari kejahatan Maura. Tapi ternyata sekarang gue juga baru tau kalau lo itu gak ada bedanya ya sama Maura! Kalian berdua Sama-sama terobsesi!" kedua bahu Novi terlihat naik turun, emosi nya sudah di ujung tanduk. Meskipun di sekitar tubuhnya sudah terdapat luka gadis itu tetap memberanikan dirinya.

"Lo inget gak? Rekaman kejahatan Maura, yang saat itu mau lo tunjukin ke Hanle? Dan di saat lo mau nunjukin rekaman itu ke dia, tiba-tiba aja rekaman itu hilang?" Adit menaikan sebelah alisnya sebelah tangannya yang memeggang pisau mulai menyayat bahu Novi yang terlapisi dres biru. "Itu gue yang hapus, karna di saat itu gue mau lo itu cepat-cepat ngelupain Hanle dan lo bisa jatuh cinta sama gue. Tapi selama ini hasilnya apa? NIHIL!"

"Lo emang benar-benar gak waras! Lo psychopath! " Novi menahan perih akibat luka yang pria itu berikan di sekitar tubuhnya.

"Iya, kenapa? Gue bisa aja bunuh lo secara langsung tanpa harus sayat-sayat begini. Tapi, gue pengen main-main dulu aja sama lo. Biar lo ngerasaain gimana rasa sakitnya hati gue. Saat lo lebih memilih Hanle daripada gue," kali ini pria itu menggores dagu Novi dengan pisau tajamnya.

"Lepasin gue."

"Gak bisa sayang," Adit meraih kedua tangan Novi, "dulu gue berharap banget mau pasangin cincin di jari manis lo ini. Tapi sayang, gue harus memberikan lukisan indah gue dulu di sini."

NOVIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang