21. Bersamanya

66 9 0
                                    

Aksa memakirkan mobil sunroof nya di parkiran makam yang cukup jauh dari tempatnya tadi,lalu Aksa segera keluar dari dalam mobilnya tanpa berniat membuka pintu mobil Zefa sehabis itu.

"Eh Aksa! Tungguin gue!!" Zefa bergegas memencet tombol pintu mobil Aksa,lalu segera keluar dan menyusul kepergian Aksa.Omong-omong sudah lama sekali Zefa tidak menaiki mobil sunroof semenjak perekonomiannya turun.Ya,dulu Zefa juga mempinyai mobil sunroof berwarna putih sama seperti Aksa,tapi bedanya warna mobil Aksa hitam,bukan putih.Entah kenapa seketika terbesit rasa rindu di dalam hatinya.Rindu akan semuanya,apalagi tentang keluarganya yang dahulu masih terbilang cukup harmonis,bunda dan ayahnya yang masih tersenyum kepadanya,abangnya yang sangat menyayangi Zefa,oke cukup,kalau abangnya memang selalu seperti itu,tapi kedua orang tuanya? Nyatanya mereka berdua tidak mengingkan kehadiran Zefa,yang notabenya adalah anaknya sendiri.Apa mungkin Zefa bukan anak kandung mereka? Tidak,tidak mungkin.

"Lo mau ngapain ke sini Asa?"

"Apa?"

"Lo mau ngapain ke sini Asa-"

"Bukan,kata terakhir lo."Zefa mengerutkan dahinya,bingung dengan perkataan Aksa kepadanya.

"Apa sih? Asa?"

"Iya,kenapa lo panggil gue Asa?-"

"Ya emang kenapa? Gak boleh-"Aksa seketika berjongkok ke salah satu makam yang tanahnya ditumbuhi rerumputan disana.Zefa yang melihat Aksa,ia reflek ikut berjongkok di samping Aksa.Terlihat Aksa mengusap batu nisan makam tersebut,tentu saja sambil mengucapkan salam.

"Ini makam bunda gue." seketika Zefa terdiam,tubuhnya mengaku,air matanya tanpa ia sadari menetes lagi,lalu tangan Zefa terulur ikut mengusap batu nisan tersebut yang tertuliskan nama bunda Aksa disana,Winda,itulah namanya.

"Assalamualailum tante,kenalin ya aku Zefa,teman Aksa." tanpa sadar mulut Zefa mengukir sebuah senyuman tulus.Sekarang Zefa tahu penyebab sifat Aksa yang brutal itu,atau bahkan rumor-rumor Aksa tidak naik kelas.Bundanya meninggal,itu lah permasalahannya.

Zefa melirik Aksa yang terdiam menatap batu nisan tersebut.Zefa tahu dibalik tatapan datar Aksa,pasti ada sebuah rasa sakit yang amat besar di dalam hatinya.Rasa sakit dan hancur yang sulit dikatakan,yang terus-menerus hanya bisa dia pendam sendirian.Ternyata benar,hidup Aksa lebih sulit darinya,ternyata benar,di atas awan masih ada awan.Memang semua itu benar,hanya saja Zefa yang belum menyadari semua itu.

Tak lama,Zefa bisa melihat ada aliran air mata yang mengalir mengenai pipi Aksa.Cowok itu menangis.Cowok yang selalu Zefa anggap menyebalkan itu menangis.Akhirnya walau ragu Zefa mengulurkan tangannya berniat mengelus pundak Aksa,hanya untuk menenangkannya saja.

Aksa terdiam,dia bisa merasakan tangan cewek di sampingnya itu terulur mengelus pundaknya,tapi Aksa membiarkannya,karena kenyataannya dia memang membutuhkan itu semua.Selama ini,tidak ada yang pernah menenangkannya seperti cewek di sampingnya itu,semenjak bundanya meninggal kehidupannya berubah seratus persen,terlebih saat ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita yang sangat Aksa tidak sukai sifatnya yang sekarang menjadi ibu tirinya.

Tangan Zefa beralih memegang batu nisan tersebut tak lupa dengan senyuman yang terukir dibibirnya.

"Tante,gimana kabar tante disana? Aku sama Aksa pasti berdo'a semoga tante tenang ya disana," ucap Zefa sambil mengelus lagi batu nisannya.Sedangkan Aksa sontak menengok ke arah Zefa.Baru kali ini ia menemukan cewek seperti ini.Aksa tahu,Zefa memang tidak secantik cewek-cewek yang selalu mengejarnya,Zefa juga bukan seanggun cewek-cewek pada umumnya,tapi inilah Zefa,apa adanya bukan ada apanya.

"Tante jangan khawatir sama Aksa ya,aku yakin Aksa bisa jaga diri kok." lanjut Zefa.Aksa bungkam,entah kenapa ucapan Zefa membuatnya diam."Bisa jaga diri kok." sepertinya dia ragu akan ucapan Zefa tadi,jangankan jaga diri,demi dirinya sendiri saja dia jamin belum bisa disiplin,seperti sekolah contohnya.

"Loh? Bener kan Asa?"cibir Zefa sambil memperlihatkan senyuman menakutkan ke arah Aksa.

"I-iya bener."ucap Aksa dengan gugup seraya berdiri tegak seperti semula.

"Ayo Zef,gue anter lo pulang."

"Loh,kenapa? Padahal kan gue masih mau disini."

"Udah mau mendung.Gc gak! Atau mau gue gendong kayak tadi?"Zefa mencibir pelan,dalam hati ia menyumpah serapahi Aksa secara diam-diam.Ya,habis Aksa tetap saja menyebalkan.

"Cih,lo yang maksa gue ikut kesini,lo juga yang maksa gue pulang.Dasar nyebelin!!" Zefa berjalan mendahului Aksa seraya menggerutu,tentu saja setelah ia mengucapkan salam kepada makam bunda Aksa.Sedangkan Aksa yang melihat tingkah Zefa yang menurutnya sangat lucu kembali terkekeh secara diam-diam.Siapa sangka ada cewek seunik Zefa?

Sebelum pergi menyusul Zefa,Aksa kembali mengusap batu nisan bundanya.

"Bun,Aksa pulang dulu ya.Oh iya bun,cewek itu unik ya? Baik lagi,dia persis banget kayak bunda-"

"Aksa ayoo!!! Katanya ngajakin pulang?! Dasar nyebelin!" teriak Zefa dari kejauhan dan Aksa sukses dibuat terkekeh pelan,entah untuk keberapa kalinya.

"Yaudah bun,Aksa pulang dulu ya,assalamualaikum."

"Aksa! Ayooo gc!!!!"

"Iya-iya bawel!" Aksa segera pergi meninggalkan makam ibundanya itu,sebelumnya dia tersenyum tipis ke arah Zefa sebelum akhirnya dia menyusul Zefa yang sudah mulai menjauh.

Zefanya Rahel Rahmania,atau yang akrab dipanggil Zefa.Cewek unik dan aneh yang baru kali ini Aksa temukan.Aksa berjanji,dia tidak akan melepaskan cewek di hadapannya ini begitu saja,karena dia tahu cewek seperti ini sangat langka.

My Boyfriend Is... || COMPLETE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang