62. Ungkapan Lionil

47 5 8
                                    

Yey, yey, yeyyy!! Akhirnya aku update My Boyfriend Is lagi!😭 Maaf ya buat kalian yg nunggu"in crt ini dr lama, sejujurnya aku lagi masa hiatus sih, tapi untuk crt ini aku usahin biar cepet tamat, walau agak lama hehehe maaf ya!😂❤

Rasanya seneng banget bisa up lagi❤, kalo kalian gimana?? Masih ada kah yang nungguin crt aku ini?😄❤

Gak usah banyak omong lagi...

HAPPY READING..

Zlatan berhenti di sebuah gang yang dihimpit oleh kedua toko yang menjulung tinggi. Pandangannya terfokuskan oleh seseorang yang sedang menggaruk rambutnya frustasi. Jelas dia sudah mengetahuinya, bahwa cowok itu adalah Lionil, musuh bebuyutannya.Perlahan Zlatan menghampiri cowok itu.

Lionil sontak menoleh ketika mendengar langkah kaki yang mendekat kearahnya.

"Lo gak bakal bisa lari dari gue, Lion,"ucap Zlatan memecahkan keheningan. Sekarang dia berada tepat di depan Lionil, hanya dua jengkal saja yang membatasi jarak mereka.

Lionil mengerjapkan matanya. "Habisin gue sesuka lo,"cetus Lionil tanpa di duga-duga, seraya merentangkan tangannya pasrah, yang membuat Zlatan menatapnya heran. Sungguh tidak biasa seorang Lionil yang sudah menyerah begitu saja.

"Gue tau ini bagian dari rencana lo. Seenggaknya gue gak sebodoh lo!" Zlatan menyentuh dada Lionil dengan jari telunjuknya.

"Ya, kenyataannya gue memang bodoh." Lionil tersenyum tipis, lalu berjalan mundur kebelakang, dan menyederkan tubuhnya di dinding salah satu toko.

"Lo adalah orang yang entah keberapa kalinya bilang gue 'Bodoh'. Ya, gue akuin gue emang bodoh, bego, stupid, atau semacamnya," Lionil menjeda perkataannya, "oh iya, lo mau tau kenapa gue bilang 'Temen-temen' lo itu dengan sebutan 'Anak buah lo'?" tanyanya. Tapi Zlatan memilih menggulum bibirnya.

"Karena itu yang gue rasain selama ini. Temen-temen gue cuman berpihak kalo gue ada duit aja," Lionil tertawa di sela-sela ucapannya, "mereka gue bayar buat jadi pasukan Avrenaga. Lucu kan? Sedangkan lo, lo murni dapet teman-teman yang baik di sekeliling lo, apalagi kakak kelas lo yang percaya banget sama lo. Gue? Gak ada sama sekali."

Lionil tersenyum. "Orang tua gue udah meninggal dua-duanya, nenek-kakek gue udah gak peduli lagi sama gue, mereka cuman ngirim duit ke gue perbulannya. Sodara gue yang lain?" Lionil menarik napas panjang. "Udah gak ada yang peduli lagi sama gue. Mereka udah gak nganggep gue ada lagi. Dan itu semua satu alasan gue jadi berandalan, dan iri sama lo."

Lionil kembali mendengus. "Maaf jadi curhat disaat yang seharusnya lo pukulin gue. Sekarang lo jadi tahu kalau gue selemah ini."

Zlatan tertegun mendengarnya. Dia merasa iba dengan Lionil. Walaupun masih terdapat rasa benci, karena cowok itu berani-beraninya nekat memukuli adiknya.

"Tapi cara lo salah! Kenapa lo harus jadiin adik gue pelampiasan kemarahan lo?!" Zlatan menghampiri Lionil, lalu menarik kerah seragam putih abu-abu cowok itu. Terlihat jelas urat-urat yang menonjol di bagian leher Zlatan.

"Sorry for forever." Lionil menepuk lengan Zlatan. Tapi Zlatan justru menepisnya, dan memukuli Lionil dengan penuh emosi. Saat itu Lionil tak berontak, ingin berontak pun rasanya tidak bisa, karena Zlatan benar-benar tidak mengasih sela sedikit pun.

Suara sirene mobil Polisi kembali memecah keheningan. Dan tak lama benar saja, sekumpulan mobil Polisi terparkir di depan gang, lalu para Polisi yang semula berada di dalam mobil, berbondong-bondong keluar menghampiri Zlatan dan Lionil dengan masing-masing orang yang menodongkan pistol.

"Angkat tangan!! Jika tidak, kami terpaksa menembak kalian!!"ucap salah satu Polisi yang berada di paling depan.

Zlatan mengangkat tangannya perlahan, begitu juga Lionil yang sudah bangkit, dengan kakinya yang pincang.

My Boyfriend Is... || COMPLETE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang